Proses Penciptaan Nabi Adam dalam Surat Al-Hijr Ayat 26-42

Ilustrasi Penciptaan Nabi Adam dari Tanah

Surat Al-Ḥijr ayat 26 dan 42 adalah surat yang menceritakan tentang penciptaan Nabi Adam dan Iblis serta pembangkangan Iblis terhadap perintah Allah. Nabi Adam adalah bapak moyang manusia sedangkan Iblis adalah bapak moyang jin. Allah menciptakan dua makhluk ini dari bahan dasar yang berbeda. Adam dari tanah sedangkan Iblis dari api. Iblis enggan memberi sujud penghormatan kepada Nabi Adam karena bahan dasarnya adalah tanah. Penasaran bagaimana kisah mereka selengkapnya? Mari kita baca pada artikel berikut ini :

Bahan Dasar Penciptaan Nabi Adam dan Iblis

Nabi Adam dan Iblis diciptakan dari bahan dasar yang berbeda. Berikut penjelasan lengkap mengenai proses diciptakannya Nabi Adam dan Iblis secara rinci :

1. Penciptaan Nabi Adam

Allah subḥānahū wa ta‘ālā mengabarkan bahwa Ia menciptakan Nabi Adam dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang dibentuk.

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن صَلۡصَٰلٖ مِّنۡ حَمَإٖ مَّسۡنُونٖ ٢٦

Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang dibentuk.


[QS. Al-Ḥijr ayat 26]

Dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa sebelum berbentuk manusia, Nabi Adam sebelumnya adalah tanah liat kering. Tanah liat kering tersebut berasal dari lumpur hitam yang dibentuk. Lumpur hitam tersebut adalah hasil percampuran antara tanah dan air.

Allah subḥānahū wa ta‘ālā menciptakan Nabi Adam ‘alaihis-salām langsung dengan tangan-Nya tanpa adanya perantara ayah dan ibu.

خَلَقۡتُ بِيَدَيَّۖ

Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku


[QS. Ṣād ayat 75]

Penciptaan Nabi Adam dengan tangan-Nya adalah sebuah kemuliaan bagi manusia khususnya Nabi Adam. Tidak ada makhluk yang memiliki ruh yang diciptakan dengan tangan-Nya kecuali Nabi Adam ‘alaihis-salām bapaknya seluruh manusia. Diriwayatkan dari Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhu :

خلَق الله أربعةً بيدِه؛ العرشَ، وعَدْنَ، والقلمَ، وآدمَ، ثم قال لكلِّ شيءٍ: كُنْ. فكان.

Allah menciptakan empat hal dengan tangan-Nya, yaitu Arsy, surga Adn, Qalam, dan Adam. Kemudian Dia berkata kepada segala sesuatu, “Jadilah” maka semuanya pun jadi. [Tafsīr Aṭ-Ṭabariy : 20/145]

Jika diurutkan, Nabi Adam ‘alaihis-salām diciptakan melalui fase-fase sebagai berikut :

  • At-Turāb
  • Aṭ-Ṭīn Al-Lāzib
  • Al-Ḥama' Al-Masnūn
  • Aṣ-Ṣalṣāl kal-Fakhkhār

At-Turāb (التراب) adalah fase awal penciptaan Nabi Adam ‘alaihis-salām. Secara bahasa, At-Turāb artinya adalah tanah atau debu. Tanah atau debu inilah yang menjadi bahan dasar penciptaan Nabi Adam ‘alaihis-salām. Allah subḥānahū wa ta‘ālā berfirman :

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٖ

Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa Dia menciptakan (leluhur) kamu (Nabi Adam) dari tanah,


[QS. Ar-Rūm ayat 20]

Disebutkan juga di dalam hadis bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ ‌اللَّهَ ‌خَلَقَ ‌آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ: جَاءَ مِنْهُمُ الْأَحْمَرُ، وَالْأَبْيَضُ، وَالْأَسْوَدُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ، وَالسَّهْلُ، وَالْحَزْنُ، وَالْخَبِيثُ، وَالطَّيِّبُ وَبَيْنَ ذَلِكَ

“Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah dari semua jenis tanah. Kemudian keturunannya datang beragam sesuai dengan unsur tanahnya. Ada di antara mereka yang berkulit merah, putih, hitam, dan antara warna-warna itu. Ada yang lembut dan ada yang kasar, ada yang buruk dan ada yang baik dan ada pula di antara (sifat) itu.”


[HR. Abu Dawud 4693]

Aṭ-Ṭīn Al-Lāzib (الطين الازب) adalah fase berikutnya setelah At-Turāb. Secara bahasa, Aṭ-Ṭīn Al-Lāzib artinya adalah tanah liat yang lengket (tanah + air). Jadi, tanah yang merupakan bahan pertama penciptaan Nabi Adam dicampur dengan air sehingga menjadi tanah liat yang lunak dan lengket agar bisa dibentuk sedemikian rupa sehingga berbentuk menjadi manusia. Allah subḥānahū wa ta‘ālā berfirman :

إِنَّا خَلَقۡنَٰهُم مِّن طِينٖ لَّازِبِۭ ١١

Sesungguhnya Kami telah menciptakan (bapak) mereka (Adam) dari tanah liat.


[QS. Aṣ-Ṣāffāt ayat 11]

Al-Ḥama' Al-Masnūn (الحمأ المسنون) adalah fase berikutnya setelah Aṭ-Ṭīn Al-Lāzib. Secara bahasa, Al-Ḥama' Al-Masnūn artinya adalah tanah liat kering yang dibiarkan. Jadi, setelah tanah itu dicampur air sehingga menjadi lengket maka tanah lengket tersebut dibiarkan selama beberapa tahun sampai mengering dan menghitam. Allah subḥānahū wa ta‘ālā berfirman :

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن صَلۡصَٰلٖ مِّنۡ حَمَإٖ مَّسۡنُونٖ ٢٦

Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang dibentuk.


[QS. Al-Ḥijr ayat 26]

Aṣ-Ṣalṣāl kal-Fakhkhār (الصلصال كالفخار) adalah fase berikutnya setelah Al-Ḥama' Al-Masnūn. Secara bahasa, Aṣ-Ṣalṣāl kal-Fakhkhār artinya adalah tanah liat seperti tembikar. Jadi, setelah lumpur tua mengering dan seiring berjalannya waktu maka lumpur tersebut mengeluarkan suara ketika diketuk, mirip dengan suara tanah liat tembikar.

خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِن صَلۡصَٰلٖ كَٱلۡفَخَّارِ ١٤

Dia telah menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.


[QS. Ar-Rahman ayat 14]

2. Penciptaan Jin (Iblis)

Setelah Allah mengabarkan tentang penciptaan Nabi Adam, selanjutnya Allah mengabarkan bahwa sebelumnya Dia telah menciptakan jin (Iblis) dari api yang sangat panas.

وَٱلۡجَآنَّ خَلَقۡنَٰهُ مِن قَبۡلُ مِن نَّارِ ٱلسَّمُومِ ٢٧

Sebelumnya Kami telah menciptakan jin dari api yang sangat panas.


[QS. Al-Ḥijr ayat 27]

Api yang digunakan oleh Allah untuk menciptakan jin adalah api tak berasap yang sangat panas dan mematikan. Api tersebut menyerupai angin panas yang menembus pori-pori kulit dan memengaruhi kulit seperti racun yang mematikan.

Perintah Allah untuk Memberi Sujud Penghormatan Kepada Nabi Adam

Ketika Allah hendak menciptakan Nabi Adam ‘alaihis-salām, Dia mengabarkan kehendak-Nya tersebut kepada para Malaikat dan memerintahkan mereka untuk memberi sujud penghormatan kepadanya.

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي خَٰلِقُۢ بَشَرٗا مِّن صَلۡصَٰلٖ مِّنۡ حَمَإٖ مَّسۡنُونٖ ٢٨ فَإِذَا سَوَّيۡتُهُۥ وَنَفَخۡتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُواْ لَهُۥ سَٰجِدِينَ ٢٩

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang dibentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)-nya dan telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, menyungkurlah kamu kepadanya dengan bersujud.”


[QS. Al-Ḥijr ayat 28-29]

Singkat cerita, Allah pun telah menyempurnakan penciptaan Nabi Adam dan meniupkan ruh ke dalamnya. Setelah Allah meniupkan ruh kepadanya maka ia pun hidup. Setelah itu, Allah mengajarkan seluruh nama kepadanya sebagai bekal hidup di bumi. Lalu, seluruh malaikat pun bersujud sebagai penghormatan kepada Nabi Adam.

فَسَجَدَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ كُلُّهُمۡ أَجۡمَعُونَ ٣٠

Lalu, para malaikat itu bersujud semuanya bersama-sama,


[QS. Al-Ḥijr ayat 30]

Iblis Enggan Bersujud

Ketika seluruh malaikat bersujud, ada satu makhluk yang enggan bersujud, yaitu Iblis :

إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰٓ أَن يَكُونَ مَعَ ٱلسَّٰجِدِينَ ٣١

kecuali Iblis. Ia enggan ikut bersama para (malaikat) yang bersujud.


[QS. Al-Ḥijr ayat 31]

Meskipun Iblis bukan termasuk golongan malaikat, ia tetap harus bersujud karena perintah Allah bersifat umum mencakup semuanya. Oleh karena itu, Allah bertanya kepada Iblis apa alasan di balik keengganannya bersujud kepada Nabi Adam.

قَالَ يَٰٓإِبۡلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ ٱلسَّٰجِدِينَ ٣٢

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apa yang menyebabkanmu enggan bersama mereka yang bersujud itu?”


[QS. Al-Ḥijr ayat 32]

Ternyata, alasan Iblis enggan bersujud kepada Nabi Adam adalah bahan dasar penciptaannya, yaitu tanah liat kering dari lumpur hitam yang dibentuk.

قَالَ لَمۡ أَكُن لِّأَسۡجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقۡتَهُۥ مِن صَلۡصَٰلٖ مِّنۡ حَمَإٖ مَّسۡنُونٖ ٣٣

Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan bersujud kepada manusia yang Engkau ciptakan dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”


[QS. Al-Ḥijr ayat 33]

Iblis berpendapat bahwa bahan dasar penciptaan Nabi Adam tidak lebih mulia dari pada dirinya. Baginya, perintah ini tidak logis untuk dikerjakan. Ia merasa bahwa dirinya tercipta dari api sedangkan Adam dari tanah. Maka dari itu, ia tidak sudi untuk memberi sujud penghormatan kepada Nabi Adam.

Dari kejadian ini, Iblis melupakan satu hal yang paling penting, yaitu yang memerintahkan adalah Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Apa pun alasannya, jika yang memerintah adalah Allah maka wajib dipatuhi meskipun logika makhluk tidak menerimanya. Sebab, pengetahuan dan kemampuan logika makhluk itu terbatas sedangkan pengetahuan Allah itu Maha Luas dan tak terbatas.

Allah Mengusir Iblis dan Melaknatnya

Setelah Iblis menjelaskan alasannya menentang perintah Allah, maka Allah mengeluarkannya dari dalam surga dan melaknatnya sampai hari kiamat.

قَالَ فَٱخۡرُجۡ مِنۡهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٞ ٣٤ وَإِنَّ عَلَيۡكَ ٱللَّعۡنَةَ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٣٥

(Allah) berfirman, “Keluarlah darinya (surga) karena sesungguhnya kamu terkutuk. Sesungguhnya kamu terlaknat sampai hari Kiamat.”


[QS. Al-Ḥijr ayat 34-35]

Iblis Minta Dihidupkan Sampai Hari Kebangkitan

Kemudian, Iblis meminta kepada Allah agar ia diberikan kesempatan untuk hidup sampai hari kebangkitan.

قَالَ رَبِّ فَأَنظِرۡنِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ٣٦

(Iblis) berkata, “Wahai Tuhanku, tangguhkanlah (usia)-ku sampai hari mereka (manusia) dibangkitkan.”


[QS. Al-Ḥijr ayat 36]

Hari kebangkitan yang diinginkan Iblis adalah saat tiupan sangkakala kedua, tepatnya hari saat manusia dibangkitkan dari kematiannya. Ia mengetahui bahwa setelah hari kebangkitan tidak ada kematian. Artinya, Iblis tidak ingin merasakan kematian. Jadi, ia ingin selamat dari tiupan sangkakala pertama, yaitu tiupan yang menyebabkan kematian dan kehancuran.

Lalu, Allah pun mengabulkan permintaannya, tetapi hanya sampai di tiupan sangkakala pertama saja. Artinya, Iblis tetap diberikan waktu tetapi tetap merasakan kematian saat ditiupkannya sangkakala pertama.

قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ ٣٧ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡوَقۡتِ ٱلۡمَعۡلُومِ ٣٨

(Allah) berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk golongan yang ditangguhkan sampai hari yang telah ditentukan waktunya (kiamat).”


[QS. Al-Ḥijr ayat 37-38]

Sumpah Iblis Kepada Allah

Setelah Allah menangguhkan umurnya, Iblis bersumpah kepada Allah :

قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٣٩ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٤٠

Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (karena keikhlasannya) di antara mereka.”


[QS. Al-Ḥijr ayat 39-40]

Yang dimaksud dengan “Engkau telah menyesatkanku” ada beberapa kemungkinan :

  • Pertama, Iblis merasa kecewa atas ditolaknya permintaan untuk diberi penangguhan waktu sampai hari kebangkitan.
  • Kedua, Iblis menganggap Allah telah menjauhkan dirinya dari rahmat-Nya, yang mana ini merupakan konsekuensi dari pembangkangannya.
  • Ketiga, Iblis menganggap bahwa Allah telah menyesatkannya, di mana dia menganggap Allah bertanggung jawab atas kesalahannya dan pengusirannya dari rahmat Allah.

Jika yang dimaksud Iblis adalah menyalahkan Allah atas kesesatannya maka ini tidak benar. Justru Allah tidak menyesatkannya, tetapi Allah telah memberi pilihan antara menaati perintah-Nya atau melanggar perintah-Nya. Sayangnya, Iblis memilih untuk melanggar. Akhirnya, Allah pun mengusir dan melaknatnya sampai hari kiamat.

Jalan Allah yang Lurus

Meskipun Iblis bersumpah untuk menyesatkan manusia di bumi, ia tidak bisa menyesatkan hamba Allah yang terpilih karena keikhlasannya. Allah telah menjamin bahwa Ia akan menunjukkan jalan menuju-Nya yang lurus kepada para hamba-Nya. Jika hamba tersebut mengikuti petunjuk-Nya maka Iblis dan bala tentaranya (setan) tidak akan bisa menyesatkannya. Mereka hanya bisa menyesatkan orang-orang yang mengikutinya.

قَالَ هَٰذَا صِرَٰطٌ عَلَيَّ مُسۡتَقِيمٌ ٤١ إِنَّ عِبَادِي لَيۡسَ لَكَ عَلَيۡهِمۡ سُلۡطَٰنٌ إِلَّا مَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلۡغَاوِينَ ٤٢

Dia (Allah) berfirman, “Ini adalah jalan lurus yang Aku jamin (ditunjukkan kepada hamba-hamba-Ku itu). Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang sesat.”


[QS. Al-Ḥijr ayat 41-42]

Referensi Bacaan

  • Tafsīr Muqātil bin Sulaimān oleh Muqātil bin Sulaimān
  • Tafsīr Aṭ-Ṭabariy oleh Imam Aṭ-Ṭabariy
  • Tafsīrul-Quran Aṡ-Ṡari Al-Jāmi’ oleh Doktor Muḥammad Hilāl