
Surat Ṭāhā ayat 116 sampai 123 adalah surat yang menceritakan tentang kisah Nabi Adam memakan buah khuldi. Kisah ini dimulai dari pemuliaan Nabi Adam, peringatan tipu daya Iblis, Nabi Adam memakan buah khuldi, dan pada akhirnya ia diturunkan dari surga. Bagaimanakah kisah selengkapnya? Mari kita baca bersama :
Perintah Sujud Penghormatan kepada Nabi Adam
Allah subḥānahū wa ta‘ālā telah memuliakan Nabi Adam ‘alaihis-salām dengan berbagai kemuliaan. Allah menciptakan Nabi Adam dari tanah dan air langsung dengan tangan-Nya. Allah juga memberikannya kemampuan akal dan ilmu pengetahuan. Bahkan Allah menguji langsung pengetahuan Nabi Adam di hadapan para malaikat. Kemudian, Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk memberikan sujud penghormatan kepada Nabi Adam. Namun, Iblis menolaknya karena sombong.
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ ١١٦
(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Dia menolak.
[QS. Ṭāhā ayat 116]
Setelah kejadian itu, Allah mengusir Iblis dari surga. Lalu, Iblis meminta kepada Allah untuk ditangguhkan umurnya sampai hari kiamat. Ia juga meminta izin kepada Allah untuk menghalangi Nabi Adam beserta anak cucunya dari jalan-Nya yang lurus. Ia akan mendatangi mereka dari berbagai arah untuk menggoda mereka agar mereka tidak pandai bersyukur.
Allah Memperingatkan Tentang Bahaya Tipu Daya Iblis
Setelah Allah mengusir Iblis, Allah kembali kepada Nabi Adam. Allah menciptakan istri untuk Nabi Adam lalu menempatkan mereka di dalam surga. Allah mempersilahkan mereka berdua untuk menikmati segala fasilitas di dalam surga. Hanya satu pohon saja yang tidak boleh mereka dekati apalagi dikonsumsi. Di dalam Al-Quran, Allah tidak menyebutkan secara spesifik tentang nama atau jenis pohon tersebut.
Ketika Nabi Adam telah berada di dalam surga, Allah memperingatkannya tentang bahaya tipu daya Iblis. Allah mengingatkan bahwa Iblis adalah musuh baginya dan juga istrinya. Allah mewanti-wanti bahwa jangan sampai Iblis membuat mereka berdua dikeluarkan dari dalam surga. Jika mereka dikeluarkan maka Nabi Adamlah yang akan menderita karena harus bekerja keras untuk penghidupannya dan juga keluarganya.
فَقُلۡنَا يَٰٓـَٔادَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوّٞ لَّكَ وَلِزَوۡجِكَ فَلَا يُخۡرِجَنَّكُمَا مِنَ ٱلۡجَنَّةِ فَتَشۡقَىٰٓ ١١٧
Kemudian Kami berfirman, “Wahai Adam, sesungguhnya (Iblis) inilah musuh bagimu dan bagi istrimu. Maka, sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga. Kelak kamu akan menderita.
[QS. Ṭāhā ayat 117]
Sebaliknya, jika mereka tetap di dalam surga maka mereka tidak akan merasakan penderitaan tersebut. Allah sudah menjamin makanan dan pakaian mereka di surga. Allah juga sudah menjamin kesegaran dan kesejukan yang akan mereka rasakan di dalam surga.
إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعۡرَىٰ ١١٨ وَأَنَّكَ لَا تَظۡمَؤُاْ فِيهَا وَلَا تَضۡحَىٰ ١١٩
Sesungguhnya (ada jaminan) untukmu bahwa di sana engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang. Sesungguhnya di sana pun engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa terik matahari.”
[QS. Ṭāhā ayat 118-119]
Kisah Nabi Adam dan Istrinya Memakan “Buah Khuldi”
Melihat Nabi Adam berada di dalam surga, Iblis semakin merasa iri dan dengki. Akhirnya, Iblis mulai membisikkan kejahatan kepadanya. Iblis menipu Nabi Adam dengan menamai pohon tersebut “pohon khuldi (keabadian)”. Selain itu, Iblis juga mengiming-iminginya dengan kerajaan yang abadi jika ia memakannya. Tujuannya adalah agar Nabi Adam melanggar larangan Allah sehingga dikeluarkan dari dalam surga.
فَوَسۡوَسَ إِلَيۡهِ ٱلشَّيۡطَٰنُ قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ هَلۡ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ ٱلۡخُلۡدِ وَمُلۡكٖ لَّا يَبۡلَىٰ١٢٠
Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya. Ia berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
[QS. Ṭāhā ayat 120]
Singkat cerita, Nabi Adam dan istrinya tertipu oleh Iblis. Akhirnya, mereka berdua memakan buah dari pohon tersebut. Ketika baru mencicipinya, tiba-tiba aurat mereka terbuka. Karena merasa malu, mereka berdua bergegas menutupinya dengan daun-daun yang ada di dalam surga. Dengan demikian, Allah menyatakan bahwa Nabi Adam telah bermaksiat kepada Tuhannya maka khilaflah dia.
فَأَكَلَا مِنۡهَا فَبَدَتۡ لَهُمَا سَوۡءَٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخۡصِفَانِ عَلَيۡهِمَا مِن وَرَقِ ٱلۡجَنَّةِۚ وَعَصَىٰٓ ءَادَمُ رَبَّهُۥ فَغَوَىٰ ١٢١
Lalu, mereka berdua memakannya sehingga tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga. Adam telah melanggar (perintah) Tuhannya dan khilaflah dia.
[QS. Ṭāhā ayat 121]
Kisah Nabi Adam Bertobat kepada Allah
Setelah Nabi Adam melanggar larangan Allah, ia merasa bersalah dan ingin sekali bertobat. Namun, ia tidak tahu harus berkata apa. Oleh karena itu, Allah mengajarinya sebuah kalimat untuk bertobat. Kalimatnya adalah :
رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ
Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.
Setelah Nabi Adam bertobat, Allah pun memilihnya sebagai seorang yang didekatkan kedudukannya. Lalu, Allah menerima tobatnya dan membimbingnya di atas petunjuk.
ثُمَّ ٱجۡتَبَٰهُ رَبُّهُۥ فَتَابَ عَلَيۡهِ وَهَدَىٰ ١٢٢
Tuhannya kemudian memilihnya (menjadi rasul). Maka, Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.
[QS. Ṭāhā ayat 122]
Setelah Allah menerima tobatnya, Allah tetap memilihnya sebagai seorang khalifah di bumi yang memang sudah menjadi takdirnya. Maka dari itu, Allah memerintahkan Nabi Adam beserta istrinya untuk turun dari surga menuju bumi. Kemudian, Allah berpesan kepada mereka untuk mengikuti petunjuk dari-Nya agar tidak tersesat dan celaka.
قَالَ ٱهۡبِطَا مِنۡهَا جَمِيعَۢاۖ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ ١٢٣
Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama. Sebagian kamu (Adam dan keturunannya) menjadi musuh bagi yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, (ketahuilah bahwa) siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
[QS. Ṭāhā ayat 123]
Referensi Bacaan
- Tafsīr Ibnu Kaṡīr oleh Imam Ibnu Kaṡīr
- Tafsīr Al-Qurān Aṡ-Ṡari Al-Jāmi’ oleh Doktor Muḥammad Hilāl
- At-Tafsīr Al-Munīr oleh Syekh Wahbah Az-Zuḥaili
- Al-Quran Kemenag