Tafsir Tarbawi : Surat Al-Fatihah Ayat 1-7 (Pendidikan Tauhid dan Hidayah)

Kegiatan Belajar Mengajar Muslim

Surat Al-Fatihah adalah surat pertama dalam Al-Quran. Tahukah Anda? Surat Al-Fatihah yang sering kali kita baca ternyata banyak sekali mengandung hikmah-hikmah pendidikan di dalamnya. Hanya saja, banyak di antara kita yang kurang menyadarinya. Berikut ini beberapa hikmah pendidikan yang ada di dalam surat Al-Fatihah :

A. Tafsir Tarbawi Al-Fatihah Ayat 1

1. Mengawali Aktivitas Kebaikan dengan Menyebut Nama Allah

Jika kita perhatikan, surat Al-Fatihah diawali dengan bacaan :

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


[QS. Al-Fātiḥah ayat 1]

Menurut Syekh Abū Bakar Al-Jazāiri, ayat ini mengandung makna :

ابتدئ قراءتي متبركاً باسم الله الرحمن الرحيم مستعيناً به عز وجل

Aku mengawali bacaanku mengharapkan keberkahan, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sambil memohon pertolongan-Nya. [Aisar At-Tafāsir : 1/11]

Melalui ayat ini, Allah mengajarkan kepada hamba-Nya untuk menyebut nama Allah di setiap aktivitas kebaikan yang hendak dilakukan. Tujuannya adalah agar mendapatkan keberkahan dan pertolongan dari Allah.

Selain itu, dalam ayat ini Allah juga mengenalkan nama-Nya sendiri yang paling agung yaitu “Allah” (اللَّه). Nama “Allah” disebut dengan nama yang paling agung atau Al-Ismul-A’ẓom karena makna dari nama tersebut mencakup seluruh makna pada nama-nama Allah yang terbaik (Al-Asmāul-Ḥusnā) dan mencakup semua sifat-sifat-Nya. Nama “Allah” menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang dituhankan dan disembah oleh makhluk-Nya karena cinta, pengagungan, ketundukan, dan rasa takut. Nama “Allah” juga nama yang paling khusus bagi Allah. Tidak ada satu pun makhluk di alam semesta yang bernama “Allah”.

Selain nama “Allah”, dalam ayat ini Allah juga mengenalkan nama-Nya yang terbaik dan sifat-Nya yang mulia yaitu Ar-Raḥmān dan Ar-Raḥīm. Menurut Doktor Muḥammad Hilāl, Ar-Raḥmān artinya :

والرّحمن هو من عمَّت رحمته جميع المخلوقات في الدّنيا المؤمن والكافر والمطيع والعاصي فهو رحمن الدّنيا

Yang Maha Pengasih ialah yang rahmat-Nya meliputi semua makhluk di dunia ini, baik yang beriman maupun yang kafir, yang taat maupun yang durhaka. Dia adalah Yang Maha Pengasih di dunia ini. [Tafsīr Aṡ-Ṡari Al-Jāmi’ : 1/3]

Sedangkan Ar-Raḥīm artinya :

الرّحيم بعباده المؤمنين في الدّنيا والآخرة رحمة خاصة

Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di dunia dan akhirat dengan rahmat yang khusus. [Tafsīr Aṡ-Ṡari Al-Jāmi’ : 1/3]

Teladan Pendidikan dari Rasulullah :

Nabi kita, Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya untuk membiasakan menyebut nama Allah (membaca basmalah) di awal setiap aktivitas, di antaranya :

  • Ketika hendak makan membaca : ‌بِسْمِ ‌اللَّهِ
  • Ketika hendak berwudu membaca : بِسْمِ ‌اللَّهِ
  • Ketika keluar rumah membaca : بِسْمِ ‌اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، وَلَاَ حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
  • Ketika masuk rumah membaca : بِسْمِ ‌اللَّهِ وَلَجْنَا، وَبِسْمِ اللَّهِ خَرَجْنَا، وَعَلَى اللَّهِ رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا
  • Ketika hendak tidur membaca : بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا

Pesan untuk Para Guru :

Sebagai seorang guru, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenalkan nama Allah kepada murid-murid kita. Inilah pendidikan awal yang harus diterima oleh mereka. Seorang guru harus sering memperkenalkan nama Allah dengan menyebut nama-Nya di hadapan mereka di setiap kesempatan. Tujuannya adalah agar mereka mengenal siapa nama Allah serta terbiasa mendengar dan menyebutkan nama-Nya.

Ajarkan pula kepada mereka untuk menyebut nama Allah (membaca basmalah) setiap mengawali kegiatan yang baik, contohnya ketika mengawali aktivitas pembelajaran. Berikan juga pemahaman kepada mereka bahwa dengan membaca basmalah di awal setiap aktivitas kebaikan akan menambah keberkahan pada aktivitas tersebut. Selain itu, aktivitas kebaikan yang diawali dengan basmalah akan dimudahkan sebab pertolongan-Nya.

B. Tafsir Tarbawi Al-Fatihah Ayat 2

1. Bersyukur Kepada Allah dengan Memuji-Nya

Pada ayat yang kedua, Allah mengajarkan hamba-Nya cara memuji-Nya dengan penuh pengagungan. Pujian ini diucapkan oleh seorang hamba dalam rangka bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada seluruh makhluk-Nya.

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam


[QS. Al-Fātiḥah ayat 2]

Di dalam ayat ini, Allah menyebut diri-Nya rabb (Tuhan) semesta alam. Dia disebut Tuhan semesta alam karena Dialah yang telah menciptakan, memelihara, mendidik, mengatur, mengurus, memberi rezeki, dan sebagainya kepada semua makhluk-Nya. Menurut Syekh Abdurraḥmān As-Sa’di, Tuhan semesta alam artinya adalah :

هو المربي جميع العالمين -وهم من سوى الله- بخلقه إياهم، وإعداده لهم الآلات، وإنعامه عليهم بالنعم العظيمة، التي لو فقدوها، لم يمكن لهم البقاء. فما بهم من نعمة، فمنه تعالى

Dia yang memelihara seluruh alam semesta – yaitu segala sesuatu selain Allah – dengan menciptakannya, menyediakan sarana bagi semuanya, dan memberikan kepadanya nikmat yang besar, yang jika semuanya itu hilang, niscaya mereka tidak akan dapat bertahan hidup. Maka, apa pun nikmat yang mereka miliki itu semua berasal dari-Nya. [Tafsīr As-Sa’di hlm. 39]

Dengan membaca ayat ini, seorang hamba menyadari bahwa seluruh nikmat yang saat ini diperoleh adalah berasal dari-Nya. Oleh sebab itu, muncul dari hatinya rasa syukur atas nikmat-nikmat dari-Nya. Kemudian, terucaplah dari lisannya kalimat-kalimat pujian yang disertai pengagungan untuk-Nya tiada henti.

Teladan Pendidikan dari Rasulullah :

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam senantiasa mengajarkan dan mendidik umatnya untuk mensyukuri segala nikmat yang Allah berikan dengan memuji-Nya. Di antara ajaran Rasulullah adalah sebagai berikut :

  • Ketika bersin mengucapkan : الْحَمْدُ ‌لِلَّهِ
  • Ketika bangun tidur mengucapkan : الْحَمْدُ ‌للَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
  • Ketika memakai pakaian mengucapkan : الْحَمْدُ للَّهِ الَّذِي كَسَانِي هَذَا (الثَّوْبَ) وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّة
  • Ketika telah menyantap makanan mengucapkan : الْحَمْدُ ‌لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا، وَرَزَقَنِيهِ، مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ

Pesan untuk Para Guru :

Mencontohkan dan membiasakan murid-murid untuk memuji Allah di setiap kesempatan adalah kewajiban kita sebagai seorang guru. Pujian tersebut hendaknya kita ucapkan dengan penuh pengagungan dalam rangka mensyukuri nikmat-nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita.

Perlu kita ketahui bahwa syukur itu berangkat dari kesadaran terhadap nikmat-nikmat. Maka dari itu, kita juga harus menyadarkan mereka dengan nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada mereka. Caranya, kaitkan segala sesuatu yang saat ini mereka nikmati dengan ketuhanan Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Contoh :

  • Allah adalah yang menciptakan kita.
  • Allah adalah yang mengatur siang dan malam untuk kita.
  • Allah adalah yang menurunkan hujan untuk kita.
  • Allah adalah yang memberi makanan dan minuman kepada kita.
  • Allah adalah yang memberi rezeki kepada kita.

Ajarkan juga kepada mereka doa-doa atau zikir-zikir harian yang berisi pujian kepada Allah sesuai ajaran Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, seperti zikir ketika bangun tidur, ketika bersin, memakai pakaian baru, setelah menyantap makanan, dan lain sebagainya.

C. Tafsir Tarbawi Al-Fatihah Ayat 3

1. Mendidik dengan Motivasi dan Ancaman

Setelah Allah mengajarkan cara memuji-Nya dan menyebut diri-Nya Tuhan semesta alam, Dia menyebut diri-Nya Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,


[QS. Al-Fātiḥah ayat 3]

Jika kita kembali ke ayat pertama, sesungguhnya Allah telah memperkenalkan dan menyebut diri-Nya Ar-Raḥmān dan Ar-Raḥīm (yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Namun, pada ayat ini Allah menyebut kembali Ar-Raḥmān dan Ar-Raḥīm. Lantas, apa tujuannya?

Penyebutan Ar-Raḥmān dan Ar-Raḥīm yang kedua kalinya bukanlah tanpa tujuan. Jika kita perhatikan, Allah menyebutkan diri-Nya Maha Pengasih lagi Maha Penyayang setelah menyebut diri-Nya Tuhan semesta alam. Tujuannya adalah untuk menyandingkan motivasi setelah ancaman. Imam Ibnu Kaṡīr raḥimahullāh mengatakan :

إنما وصف نفسه بالرحمن الرحيم بعد قوله: {رَبِّ الْعَالَمِينَ} ليكون من باب قرن الترغيب بعد الترهيب

Dia mensifati diri-Nya dengan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang setelah berfirman “Tuhan semesta alam” bertujuan untuk menyandingkan motivasi setelah ancaman. [Tafsir Ibnu Kaṡīr : 1/202]

Motivasi itu menghadirkan harapan, sedangkan ancaman itu menghadirkan rasa takut. Penyebutan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang adalah motivasi yang menghadirkan harapan akan rahmat dan kasih sayang-Nya. Sementara penyebutan Allah Tuhan semesta alam adalah ancaman yang menghadirkan rasa takut akan keagungan dan kekuasaan-Nya. Dengan begitu, rasa takut dan harapan kepada Allah dalam hati seorang hamba menjadi seimbang dan berjalan beriringan ketika setelah membaca ayat tersebut.

Teladan Pendidikan dari Rasulullah :

Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam “sang guru terbaik” juga mendidik umatnya dengan menanamkan rasa takut dan harapan. Rasa takut ditanamkan melalui ancaman dan peringatan, sedangkan harapan ditanamkan melalui motivasi. Syekh ‘Abdul-Fattāḥ Abu Guddah mengatakan :

ومن أجلى أساليبه صلى الله عليه وسلم في التعليم الترغيبُ في الخير الذي يدعو إليه، والترهيب عن الشر الذي يحذر منه، فكان صلى لله عليه وسلم يرغب في الخير بذكر ثوابه والتنبيه على منافعه، ويرهب عن الشر بذكر عقابه والتنبيه على مساويه

Salah satu metode pengajaran Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam yang paling jelas adalah memotivasi kebaikan yang beliau perintahkan, dan memperingatkan kejahatan yang beliau larang. Beliau memotivasi kebaikan dengan menyebutkan pahala yang diperoleh dan manfaat dari mengerjakannya, dan beliau juga memperingatkan kejahatan dengan menyebutkan hukuman maupun kerugian yang ditimbulkan dari perbuatan jahat. [Ar-Rasūl Al-Mu’allim hlm. 193]

Pesan Untuk Para Guru :

Kita tidak boleh mendidik hanya dengan menanamkan rasa takut tanpa diimbangi dengan harapan. Contohnya terlalu sering memberikan ancaman dan hukuman jika tidak mencapai target namun tidak pernah memberi apresiasi maupun penghargaan meskipun itu pencapaian kecil. Anak yang tumbuh dengan rasa takut akan menjadi anak yang pesimis dan mudah menyerah, stres dan cemas berlebihan, serta kurang percaya diri dan kurang inisiatif.

Sebaliknya, kita juga tidak boleh mendidik dengan harapan tanpa diimbangi rasa takut. Contohnya terlalu sering memberikan pujian dan hadiah tanpa konsekuensi jika tidak mencapai target atau melanggar aturan. Anak yang tumbuh dengan harapan dan penghargaan berlebihan akan menjadi anak yang manja dan tidak memiliki rasa tanggung jawab, tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan tantangan dengan baik, kurang disiplin dan kontrol diri yang baik, serta kurang waspada akan bahaya yang mengancam.

D. Tafsir Tarbawi Al-Fatihah Ayat 4

1. Mengenalkan Allah Pemilik Hari Pembalasan

Selanjutnya, Allah subḥānahū wa ta‘ālā menyebut diri-Nya Pemilik hari pembalasan.

مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤

Pemilik hari Pembalasan.


[QS. Al-Fātiḥah ayat 4]

Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kepada hamba-Nya bahwa kerajaan dan kepemilikan Allah atas semesta alam tidak hanya sebatas di dunia saja. Akan tetapi, kerajaan dan kepemilikan Allah akan terus berlangsung sampai hari pembalasan, yakni hari kiamat.

Di dalam ayat ini, Allah juga mengingatkan kepada hamba-Nya akan adanya hari pembalasan seluruh amal manusia. Tujuannya adalah agar seorang hamba termotivasi untuk beramal saleh serta takut untuk bermaksiat. Ada beberapa hal yang terjadi di hari pembalasan :

  • Allah akan membalas setiap manusia atas apa yang mereka perbuat semasa di dunia dengan seadil-adilnya.
  • Hanya Allah yang berkuasa, bertindak, dan memutuskan seluruh perkara.
  • Seluruh makhluk adalah setara dan tidak ada satu pun yang mengungguli atau menguasai yang lainnya.
  • Para raja dan para penguasa sudah tidak lagi menguasai rakyat dan budaknya.
  • Para orang kaya dan para konglomerat sudah tidak lagi menguasai hartanya.
  • Tidak ada satu pun yang dapat menolong yang lainnya. Seluruh perkara dan urusan pada hari itu hanya milik Allah.

Perhatikan firman Allah berikut ini :

وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا يَوۡمُ ٱلدِّينِ ١٧ ثُمَّ مَآ أَدۡرَىٰكَ مَا يَوۡمُ ٱلدِّينِ ١٨ يَوۡمَ لَا تَمۡلِكُ نَفۡسٞ لِّنَفۡسٖ شَيۡـٔٗاۖ وَٱلۡأَمۡرُ يَوۡمَئِذٖ لِّلَّهِ ١٩

Tahukah engkau apakah hari Pembalasan itu? Kemudian, tahukah engkau apakah hari Pembalasan itu? (Itulah) hari (ketika) seseorang tidak berdaya (menolong) orang lain sedikit pun. Segala urusan pada hari itu adalah milik Allah.


[QS. Al-Infiṭār ayat 17-19]

Teladan Pendidikan dari Rasulullah :

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam senantiasa mengingatkan akan adanya hari pembalasan. Beliau juga senantiasa memotivasi umatnya untuk beramal saleh agar mendapatkan balasan pahala di akhirat kelak serta memperingatkan agar tidak bermaksiat agar terhindar dari azab di akhirat kelak.

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam sering kali mengingatkan bahwa hanya iman dan amal saleh saja yang dapat menyelamatkan seorang hamba di hari pembalasan. Bahkan Rasulullah sendiri tidak bisa menyelamatkan seseorang dari azab Allah. Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa beliau ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ ‌لَا ‌أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ ‌لَا ‌أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ‌لَا ‌أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللهِ ‌لَا ‌أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي ‌لَا ‌أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا

Wahai sekalian kaum Quraisy, peliharalah diri kalian karena aku tidak dapat membela kalian sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Bani ‘Abdi Manāf, aku tidak dapat membela kalian sedikit pun di hadapan Allah. Wahab ‘Abbās bin Abdil-Muṭallib, aku tidak dapat membela kalian sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Ṣafiyyah bibi Rasulullah, aku tidak dapat membelamu sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Fāṭimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa yang kamu mau dari hartaku, sungguh aku tidak dapat membelamu sedikit pun di hadapan Allah.


[HR. Bukhari no. 2753]

Sabda beliau di atas menunjukkan bahwa Pemilik hari Pembalasan adalah Allah, bukan beliau ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak dapat menyelamatkan dan membela siapa pun dari azabnya Allah, meskipun itu keluarganya. Beliau hanya bertugas menyampaikan pesan dari Allah tentang syarat keselamatan bagi seorang hamba di hari pembalasan, yaitu iman dan amal saleh.

Pesan untuk Para Guru :

Sebagai seorang guru, kita harus mengajarkan kepada murid-murid kita tentang keimanan terhadap hari pembalasan. Banyak dari kita yang lupa dengan ajaran ini. Terkadang, kita sering kali menekankan konsekuensi duniawi dari setiap perbuatan. Padahal ada konsekuensi yang lebih besar dibandingkan dengan konseukuensi duniawi, yaitu akhirat. Mengingatkan konsekuensi duniawi dari setiap perbuatan tentu bukanlah hal yang buruk. Namun, kita juga perlu sering mengingatkan kepada mereka bahwa ada konsekuensi akhirat yang akan mereka terima di setiap perbuatan yang mereka lakukan. Jika mereka melakukan kebaikan maka mereka akan dibalas dengan kebaikan di akhirat kelak. Sebaliknya, jika mereka melakukan kejahatan maka mereka juga akan dibalas dengan adil di akhirat kelak. Allah subḥānahū wa ta‘ālā berfirman :

ٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۭ بِمَا كَسَبَتۡۚ لَا ظُلۡمَ ٱلۡيَوۡمَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ ١٧

Pada hari ini setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah diusahakannya. Tidak ada yang terzalimi pada hari ini. Sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.


[QS. Ghāfir ayat 17]

E. Tafsir Tarbawi Al-Fatihah Ayat 5

1. Pendidikan dan Pelajaran Tauhid

Setelah Allah mengajarkan kepada hamba-Nya bagaimana cara memuji-Nya sekaligus mengenalkan tentang diri-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, maka pada ayat selanjutnya Allah mengajarkan hamba-Nya untuk mengakui bahwa hanya kepada Allah ia menyembah dan hanya kepada Allah ia memohon pertolongan.

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.


[QS. Al-Fātiḥah ayat 5]

Seorang hamba yang telah mengenal Allah sebagai Tuhannya dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya akan menyadari bahwa ia hanyalah hamba-Nya dan ciptaan-Nya yang lemah yang membutuhkan-Nya. Jika ia menyadari hal itu maka seharusnya ia mengakui dua hal :

  1. Tidak ada yang berhak disembah selain Allah
  2. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan dari Allah

Jika seorang hamba telah mengakui dua hal tersebut maka ia hanya akan menyembah kepada-Nya dengan mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bahkan, ia akan memohon pertolongan kepada-Nya agar bisa mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Inilah yang disebut dengan tauhid ibadah dan isti’ānah.

Teladan Pendidikan dari Rasulullah

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam senantiasa mengajarkan tauhid kepada umatnya, bahkan kepada anak kecil sekalipun. Dikisahkan dalam sebuah hadis, suatu ketika ibnu Abbās ‘raḍiyallāhu ‘anhu berada di belakang Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Kemudian, beliau bersabda :

يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ ‌فَاسْتَعِنْ ‌بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ

Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah! Andai seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.


[HR. Tirmiżi no. 2516]

Pesan untuk Para Guru :

Kita perlu memahami bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah untuk menjadikan murid-murid kita sebagai seorang hamba yang bertauhid. Siapakah hamba yang bertauhid itu? Seorang hamba yang bertauhid adalah :

  • Seorang hamba yang senantiasa beribadah hanya kepada-Nya serta tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun.
  • Seorang hamba yang mencintai Allah subḥānahū wa ta‘ālā dibandingkan yang lainnya.
  • Seorang hamba yang hanya berharap akan rida dan rahmat-Nya serta takut dengan murka dan azab-Nya.
  • Seorang hamba yang bertawakal, patuh, dan tunduk, serta meminta dan memohon pertolongan hanya kepada Allah.

Maka dari itu, perkenalkanlah mereka tentang siapa itu Allah, baik itu nama-nama-Nya yang indah maupun sifat-sifat-Nya yang mulia dan sempurna. Semakin mereka mengenal Allah maka semakin kuatlah akidah dan tauhid yang ada pada jiwa mereka. Di antara caranya :

  • Kaitkanlah setiap materi pelajaran yang kita ajarkan dengan Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Misalnya, mengaitkan pelajaran IPA dengan akidah bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta adalah ciptaan Allah, mengaitkan pelajaran fisika bahwa hukum-hukum fisika yang terjadi di alam semesta adalah Allah yang mengaturnya, dan lain sebagainya.
  • Kaitkan juga pengalaman mereka dengan sifat-sifat Allah yang lainnya. Misalnya, mengaitkan keberadaan orang-orang baik yang ada di sekitar kita dan guru-guru yang mengajarkan kebaikan adalah salah satu kasih sayang dari Allah kepada mereka.

Adapun tujuan dari itu semua adalah agar mereka semakin menjadi hamba Allah yang bertauhid, yakni hamba yang taat beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun.

F. Tafsir Tarbawi Al-Fatihah Ayat 6-7

1. Permohonan Seorang Hamba kepada Allah

Jika seorang hamba telah mengenal Allah maka ia akan merasakan kecintaan dan penghambaan yang amat mendalam kepada-Nya. Jika kecintaan dan penghambaan itu telah muncul maka tidak ada harapan lain selain rida dan surga-Nya serta tidak ada ketakutan lain selain murka dan azab-Nya.

Oleh karena itu, Allah mengajarkan kepada hamba-Nya untuk berdoa agar ditunjukkan oleh-Nya menuju apa yang ia harapkan yaitu jalan lurus yang mengantarkan pada rida dan surga-Nya. Kemudian, Allah menerangkan bahwa jalan yang lurus itu ialah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang diberi nikmat hidayah oleh Allah, bukan jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang dimurkai oleh Allah, bukan pula jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang tersesat.

ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧

Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.


[QS. Al-Fātiḥah ayat 6-7]

Bimbingan ke jalan yang lurus adalah petunjuk menuju jalan yang terang menuju Allah dan surga-Nya dengan mengetahui kebenaran dan mengikuti kebenaran tersebut. Syekh Abdurraḥmān As-Sa’di mengatakan :

دلنا وأرشدنا، ووفقنا للصراط المستقيم، وهو الطريق الواضح الموصل إلى الله، وإلى جنته، وهو معرفة الحق والعمل به

Tunjukkanlah kami, arahkanlah kami, dan tuntunlah kami ke jalan yang lurus, yakni jalan yang terang menuju Allah dan surga-Nya, yakni mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. [Tafsir As-Sa’di hlm. 39]

Artinya, seorang hamba yang telah mendapat petunjuk dari Allah ke jalan yang lurus adalah orang yang mengetahui kebenaran dan menempuh jalan kebenaran tersebut. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mendapat petunjuk dari Allah adalah :

  • Orang yang mengetahui kebenaran namun tidak mau menempuhnya sehingga ia dimurkai
  • atau orang yang sama sekali tidak mengetahui kebenaran sehingga ia tersesat dari jalan yang lurus.

Teladan Pendidikan dari Rasulullah :

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya untuk memohon petunjuk dari Allah. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

سَلِ ‌اللهَ ‌تَعَالَى ‌الْهُدَى وَالسَّدَادَ، وَاذْكُرْ بِالْهُدَى هِدَايَتَكَ الطَّرِيقَ، وَاذْكُرْ بِالسَّدَادِ تَسْدِيدَكَ السَّهْمَ

Mintalah petunjuk kepada Allah ta’ālā dan istikamah di atas kebenaran. Sebutlah Al-Hudā (petunjuk) maka engkah akan mendapatkan hidayah petunjuk. Sebutlah As-Sadād, maka arah panahmu akan lurus sampai tujuan.


[HR. Aḥmad no. 664]

Selain itu, Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan untuk berlindung dari murka Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Beliau ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ ‌سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ. وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Ya Allah, aku berlindung dengan rida-Mu dari murka-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari hukuman siksa-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak mampu menghitung sanjungan atas-Mu sebagaimana engkau menyanjung atas diri-Mu.


[HR. Muslim no. 486]

Pada kesempatan yang lain, Rasulullah juga mengajarkan umatnya untuk berlindung dari kesesatan. Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ اللَّهُمَّ ‌إِنِّي ‌أَعُوذُ ‌بِعِزَّتِكَ ‌لَا ‌إِلَهَ ‌إِلَّا ‌أَنْتَ ‌أَنْ ‌تُضِلَّنِي، أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لَا يَمُوتُ، وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوتُونَ

Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku kembali, dan untuk-Mu aku memusuhi (musuh-musuh-Mu). Ya Allah, sungguh aku berlindung dengan kemuliaan-Mu, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, agar Engkau tidak menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia mereka pasti akan mati.


[HR. Muslim no. 2717]

Pesan untuk Para Guru :

Terkadang kita lupa bahwa petunjuk (hidayah) itu datangnya dari Allah. Sekuat apa pun kita mendidik, jika Allah belum memberi petunjuk maka apalah daya kita? Sesungguhnya hanya Allah yang mampu memberikan petunjuk kepada mereka. Hanya Allah yang bisa membuat mereka mengetahui kebenaran dan mampu menempuh jalan kebenaran tersebut. Adapun tugas kita adalah berusaha sekuat tenaga untuk mendidik mereka agar mengetahui kebenaran dan mengikuti kebenaran tersebut. Oleh karena itu, doakanlah mereka agar Allah membimbing mereka ke jalan yang lurus. Doakanlah mereka agar Allah mengajarkan ilmu dan kebenaran kepada mereka dan mampu mengikuti kebenaran tersebut. Tak lupa ajarkan pula kepada mereka untuk memohon bimbingan kepada Allah agar Allah bimbing mereka di atas jalan yang lurus.

2. Kebenaran Itu dari Allah

Permohonan seorang hamba agar dibimbing menuju jalan yang lurus mengandung pengakuan bahwa yang dapat membimbing seorang hamba menuju jalan yang lurus hanyalah Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Pada asalnya, seluruh makhluk itu bodoh dan tidak mengetahui kebenaran. Hanya Allah yang Maha Mengetahui dan mampu menunjukkan jalan yang lurus. Oleh karena itu, seorang hamba yang mengakui kebodohannya pasti akan memohon petunjuk kepada Allah agar ditunjukkan jalan kebenaran. Seorang hamba yang mengakui kebodohannya pasti akan mencari kebenaran dari Allah subḥānahū wa ta‘ālā, bukan selain-Nya.

ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ ١٤٧

Kebenaran itu dari Tuhanmu. Maka, janganlah sekali-kali engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu.


[QS. Al-Baqarah ayat 147]

Teladan Pendidikan dari Rasulullah :

Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah yang diutus untuk menyampaikan kebenaran dari Allah. Apa pun yang beliau sampaikan bukanlah berasal dari hawa nafsunya. Akan tetapi, yang beliau sampaikan adalah wahyu dan kebenaran dari Allah subḥānahū wa ta‘ālā.

مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ ٢ وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ ٣ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ ٤

kawanmu (Nabi Muhammad) tidak sesat, tidak keliru, dan tidak pula berucap (tentang Al-Qur’an dan penjelasannya) berdasarkan hawa nafsu(-nya). Ia (Al-Qur’an itu) tidak lain, kecuali wahyu yang disampaikan (kepadanya)


[QS. An-Najm ayat 2-4]

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَكُمُ ٱلرَّسُولُ بِٱلۡحَقِّ مِن رَّبِّكُمۡ فَـَٔامِنُواْ خَيۡرٗا لَّكُمۡۚ وَإِن تَكۡفُرُواْ فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا ١٧٠

Wahai manusia, sungguh telah datang Rasul (Nabi Muhammad) kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu. Maka, berimanlah (kepadanya). Itu lebih baik bagimu. Jika kamu kufur, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya milik Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.


[QS. An-Nisā’ ayat 170]

Pesan untuk Para Guru :

Sebagai seorang guru, kita harus tanamkan kepada murid-murid kita bahwa kita semua adalah hamba Allah yang bodoh dan tidak mengetahui apa pun di hadapan Allah. Ajarkanlah kepada mereka bahwa hanya Allah yang Maha Mengetahui. Ajarkanlah kepada mereka bahwa kebenaran itu datangnya dari Allah. Harapannya mereka akan memohon petunjuk kepada Allah dan mencari kebenaran dari Allah.

3. Menempuh Jalannya Orang-orang Yang Diberi Nikmat Hidayah

Allah subḥānahū wa ta‘ālā mengajarkan hamba-Nya untuk memohon kepada-Nya agar dibimbing menuju jalan yang lurus. Jalan lurus yang dimaksud adalah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang diberi nikmat hidayah oleh Allah.

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat,


[QS. Al-Fātiḥah ayat 7]

Menurut Doktor Muḥammad Hilāl, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat adalah :

صراط الذين عرفوا الحق وعملوا به من النّبيين والصّديقين والشّهداء والصّالحين الذّين أنعمت عليهم بالهداية والإيمان والاستقامة على الصّراط المستقيم حتّى وصلوا إلى الغاية والنّهاية، وهي رضوان الله عليهم

Jalannya orang-orang yang mengetahui kebenaran dan mengamalkannya, di antaranya adalah para Nabi, orang-orang yang jujur keimanannya, para syuhada, dan orang-orang saleh, yang telah Kami berikan nikmat kepada mereka berupa petunjuk (hidayah), iman, dan istikamah di atas jalan yang lurus, sampai mereka mencapai tujuan yang hakiki, yaitu rida Allah atas mereka. [Tafsīr Aṡ-Ṡari Al-Jāmi’ : 1/7]

Di dalam ayat ini terdapat sebuah isyarat dari Allah bahwa jika seorang hamba hendak menempuh jalan yang mengantarkan menuju rida dan surga Allah maka hendaknya meneladani para Nabi dan orang-orang yang mengikuti para Nabi. Merekalah orang-orang yang dibimbing dan diberi petunjuk oleh Allah sehingga bisa menempuh jalan yang lurus. Maka dari itu, seorang hamba hendaknya mempelajari kisah-kisah mereka dan mengambil pelajaran dari kisah mereka. Dengan begitu, seorang hamba dapat mengetahui dan meneladani jalan dan metode yang mereka tempuh untuk menggapai rida Tuhannya.

Teladan Pendidikan dari Rasulullah :

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam mempelajari kisah-kisah para Rasul langsung melalui wahyu Allah untuk meneguhkan hatinya.

وَكُلّٗا نَّقُصُّ عَلَيۡكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَۚ وَجَآءَكَ فِي هَٰذِهِ ٱلۡحَقُّ وَمَوۡعِظَةٞ وَذِكۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِينَ ١٢٠

Semua kisah rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Nabi Muhammad), yaitu kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang-orang mukmin.


[QS. Hud ayat 120]

Beliau pun juga sering mengajarkan kisah-kisah umat terdahulu kepada para sahabatnya. Syekh ‘Abdul-Fattāḥ Abu Guddah mengatakan :

وكثيراً ما كان صلَّى الله عليه وسلَّم يُعلِّمُ أصحابه بطريق القَصَصِ والوقائع التي يُحدِّثهم بها عن الأقوام الماضين

Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam sering mengajarkan para sahabatnya melalui kisah-kisah dan kejadian-kejadian yang beliau ceritakan kepada mereka tentang kaum-kaum terdahulu. [Ar-Rasūl Al-Mu’allim hlm. 194]

Pesan untuk Para Guru :

Menceritakan kisah teladan para Nabi dan Rasul adalah salah satu metode yang ampuh dalam pendidikan. Melalui kisah tersebut kita dapat mengajarkan teladan terbaik yang ada sepanjang sejarah, khususnya Nabi dan Rasul yang terakhir yaitu Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, kita juga dapat mengenalkan sunah-sunah Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam melalui kisah tersebut.

4. Menghindari Jalannya Orang-orang yang Dimurkai dan Tersesat

Allah subḥānahū wa ta‘ālā mengajarkan hamba-Nya untuk memohon kepada-Nya agar dihindarkan dari jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat.

غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧

bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.


[QS. Al-Fātiḥah ayat 7]

Orang yang dimurkai adalah orang yang sudah mengetahui kebenaran namun mereka tidak mau mengikutinya. Sedangkan orang yang sesat adalah orang yang tidak mengetahui kebenaran sehingga mereka berada di atas kesesatan dan jauh dari jalan menuju rida dan surga Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Syekh Abdurraḥmān As-Sa’di mengatakan :

{الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ} الذين عرفوا الحق وتركوه كاليهود ونحوهم

mereka yang dimurkai adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran tetapi meninggalkannya, seperti orang Yahudi dan semisalnya. [Tafsīr As-Sa’di hlm. 39]

{الضَّالِّينَ} الذين تركوا الحق على جهل وضلال، كالنصارى ونحوهم

orang-orang yang sesat adalah orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan, seperti orang-orang Nasrani dan semisalnya. [Tafsīr As-Sa’di hlm. 39]

Dalam ayat ini, Allah mengajarkan hamba-Nya untuk tidak menempuh jalannya orang-orang yang dimurkai dan jalannya orang-orang yang sesat. Oleh karena itu, seorang hamba hendaknya ia mempelajari kisah orang-orang terdahulu yang dimurkai oleh Allah dan orang-orang terdahulu yang tersesat dari jalan-Nya. Tujuannya adalah agar ia mengetahui manakah jalan dan metode yang salah dalam menggapai rida Allah.

Melalui ayat ini, Allah juga mengajarkan kita untuk berlindung dari kesombongan dan kebodohan. Kesombongan artinya menolak kebenaran sedangkan kebodohan artinya ketidaktahuan akan kebenaran. Kesombongan menyebabkan murka Allah subḥānahū wa ta‘ālā, sedangkan kebodohan menyebabkan kesesatan. Oleh karena itu, seorang hamba harus melapangkan hatinya untuk menerima kebenaran dan terus mempelajari ilmu agar mengetahui kebenaran.

Teladan Pendidikan dari Rasulullah :

Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam mempelajari kisah-kisah umat terdahulu langsung dari Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Beliau juga mengajarkan kisah-kisah tersebut kepada para sahabatnya agar mereka mengambil pelajaran berharga yang ada di dalamnya.

لَقَدۡ كَانَ فِي قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةٞ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِۗ

Sungguh, pada kisah mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat.


[QS. Yūsuf ayat 111]

Pesan untuk Para Guru :

Selain menceritakan kisah teladan yang baik, kita juga perlu menceritakan kisah-kisah dari orang-orang yang tidak patut diteladani. Di antara contohnya adalah kisah kaum ‘Ād, kaum Ṡamud, Fir’aun, Qārun, Hāmān, dan lain selainnya. Tujuannya adalah agar murid-murid kita mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut serta tidak mengikuti jalan yang mereka tempuh.

5. Adab Berdoa Kepada Allah

Jika kita kembali ke surat Al-Fatihah ayat yang pertama, maka pada ayat tersebut Allah mengajarkan kepada kita untuk mengawali segala kebaikan dengan basmalah.

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Kemudian, pada ayat yang kedua hingga keempat, Allah mengajarkan kepada kita cara memuji, menyanjung, dan memuliakan-Nya.

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣ مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pemilik hari Pembalasan.

Kemudian, pada ayat kelima Allah mengajarkan kepada kita untuk mengakui penghambaannya kepada Allah semata.

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.

Kemudian, pada ayat yang keenam dan terakhir Allah mengajarkan kepada kita untuk berdoa memohon petunjuk lurus yang dapat mengantarkan kepada rida dan surga-Nya.

ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧

Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.

Dari ke semuanya ini, Allah mengajarkan kepada kita adab dalam berdoa. Allah mengajarkan kepada kita untuk mengawali doa dengan pujian dan sanjungan kepada-Nya terlebih dahulu. Setelah itu, barulah kita berdoa memohon kepada Allah dengan penuh harapan dan rasa takut serta keikhlasan. Selain itu, Allah juga mengajarkan kepada kita doa yang singkat namun maknanya luas.

Teladan Pendidikan dari Rasulullah :

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan adab berdoa kepada salah seorang sahabatnya. Disebutkan dalam sebuah hadis dari Faḍalah bin ‘Ubaid raḍiyallāhu ‘anhu ia mengatakan :

بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَاعِدٌ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: عَجِلْتَ أَيُّهَا المُصَلِّي، إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِ اللَّهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ. قَالَ: ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: أَيُّهَا المُصَلِّي ادْعُ تُجَبْ

Ketika Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam sedang duduk-duduk, masuklah seorang laki-laki. Orang itu kemudian melaksanakan salat dan berdoa : “Ya Allah, ampunilah (dosaku) dan rahmatilah aku.” Lalu, Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam pun bersabda : “Engkau telah tergesa-gesa, wahai orang yang sedang berdoa. Apabila engkau telah selesai melaksanakan salat lalu engkau duduk berdoa, maka pujilah Allah dengan puji-pujian yang layak bagi-Nya dan berselawatlah kepadaku (terlebih dahulu), kemudian berdoalah.” Kemudian datang orang lain, setelah melakukan salat dia berdoa dengan terlebih dahulu mengucapkan puji-pujian dan berselawat kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Wahai orang yang tengah berdoa, berdoalah kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkan doamu.”


[HR. Tirmiżi no. 3476]

Pesan untuk Para Pendidik :

Ketika kita mengajarkan doa kepada murid-murid kita, ajarkanlah mereka bagaimana adab dan sikap berdoa kepada Allah. Berikan pemahaman kepada mereka bahwa Allah itu suka dipuji. Maka dari itu, ajarkanlah mereka untuk memuji Allah terlebih dahulu sebelum berdoa. Setelah itu, ajarkanlah selawat untuk Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Kemudian, barulah ajarkan mereka untuk meminta apa pun yang mereka inginkan dari Allah subḥānahū wa ta‘ālā.

Referensi Bacaan

  • Tafsīr Ibnu Kaṡīr oleh Imam Ibnu Kaṡīr
  • Tafsīr As-Sa’di oleh Syekh Abdurraḥmān As-Sa’di
  • Tafsīrul-Quran Aṡ-Ṡari Al-Jāmi’ oleh Doktor Muḥammad Hilāl
  • Aisarut-Tafāsīr oleh Syekh Abū Bakar Al-Jazāiri
  • Ar-Rasūl Al-Mu’allim oleh Syekh ‘Abdul-Fattāḥ Abu Guddah
  • Ḥiṣnul-Muslim oleh Syekh Sa’ īd bin Wahf Al-Qaḥṭāni
  • At-Tafsīr At-Tarbawi oleh Anwar Al-Bāz
  • Al-Quran Kemenag