Kisah Nabi Adam dan Iblis dalam Al-Quran Surat Al-A’raf Ayat 11-25

Ilustrasi Nabi Adam Setelah Diturunkan ke Bumi

Surat Al-A’rāf ayat 11-25 adalah surat yang mengisahkan tentang kisah Nabi Adam dan Iblis yang sombong. Kisah ini diawali dari penciptaan Nabi Adam, perintah sujud penghormatan, penolakan Iblis untuk bersujud, alasan Iblis menolak bersujud, hingga pengusiran Iblis dari surga dan juga diturunkannya Nabi Adam. Penasaran bagaimana kisah lengkapnya? Mari kita baca selengkapnya berikut ini :

Kisah Penciptaan Nabi Adam dan Kesombongan Iblis

Allah subḥānahū wa ta‘ālā telah memuliakan manusia sejak diciptakan pertama kali. Allah menciptakan Nabi Adam ‘alaihis-salām langsung dengan tangan-Nya dan juga membentuknya sedemikian rupa. Allah juga memerintahkan kepada para malaikat untuk memberikan sujud penghormatan kepada Nabi Adam.

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَٰكُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنَٰكُمۡ ثُمَّ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ

Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Kami membentuk (tubuh)-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam.”


[QS. Al-A’rāf ayat 11]

Ketika Allah bertitah kepada para malaikat untuk memberikan sujud penghormatan kepada Adam maka mereka semua bersujud. Namun, ada satu yang enggan bersujud kepada Nabi Adam yaitu Iblis.

فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ لَمۡ يَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ ١١

Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) tidak termasuk kelompok yang bersujud.


[QS. Al-A’rāf ayat 11]

Iblis adalah makhluk Allah yang berasal dari bangsa jin yang tercipta dari api, berbeda dengan malaikat yang tercipta dari cahaya. Meskipun Iblis bukan dari golongan malaikat, ia tetap wajib mematuhi perintah Allah karena ia juga tinggal dan berbaur bersama para malaikat.

Oleh sebab Iblis tidak mau bersujud kepada Nabi Adam, Allah subḥānahū wa ta‘ālā bertanya kepada Iblis :

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسۡجُدَ إِذۡ أَمَرۡتُكَۖ

Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?”


[QS. Al- A’rāf ayat 12]

Sebetulnya, Allah subḥānahū wa ta‘ālā sudah mengetahui bahwa Iblis tidak akan bersujud kepada Nabi Adam. Bahkan, Allah sudah mengetahui alasan Iblis enggan bersujud kepada Nabi Adam. Lantas, apa maksud Allah bertanya kepada Iblis? Maksud Allah bertanya bukanlah karena Allah tidak mengetahuinya. Akan tetapi, Allah bertanya untuk memperlihatkan kesombongan Iblis dan untuk membuktikan kedurhakaannya. Dengan demikian, hal tersebut dapat menjadi pelajaran bagi manusia.

Setelah Allah bertanya, Iblis pun menjawab :

قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ ١٢

Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”


[QS. Al- A’rāf ayat 12]

Iblis beranggapan bahwa sesuatu yang tercipta dari api lebih baik dari pada sesuatu yang diciptakan dari tanah. Padahal, apabila kita bandingkan, tanah itu lebih baik dan lebih bermanfaat dari pada api. Tanah mengandung unsur kelembutan, kelenturan, ketenangan, dan perkembangan. Sementara api mengandung unsur panas membakar, kekasaran, dan kecepatan.

Akhirnya, Allah mengusir Iblis dari surga dengan penuh kehinaan.

قَالَ فَٱهۡبِطۡ مِنۡهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَٱخۡرُجۡ إِنَّكَ مِنَ ٱلصَّٰغِرِينَ ١٣

Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu darinya (surga) karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”


[QS. Al- A’rāf ayat 13]

Hukuman yang diterima oleh Iblis bukan hanya semata-mata karena Iblis merendahkan Nabi Adam, tetapi juga disebabkan dia membangkang perintah Allah. Dari kisah ini, kita belajar bahwa ketika hendak melaksanakan suatu perintah maka bukan hanya perintahnya yang kita lihat, tetapi juga siapa yang memberikan perintah. Jika Allah yang memberi perintah maka patuhilah tanpa perlu mempertanyakannya. Namun, jika perintah tersebut bukan dari Allah maupun Rasul-Nya maka periksalah apakah perintahnya bertentangan dengan perintah Allah atau melanggar larangan Allah.

Permintaan Iblis Kepada Allah

Iblis telah diturunkan dari surga dalam keadaan hina. Hal itu membuatnya semakin dengki kepada Nabi Adam. Ia pun memohon kepada Allah untuk mendapatkan tangguhan umur hingga hari kiamat tiba.

قَالَ أَنظِرۡنِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ١٤

Ia (Iblis) menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu sampai hari mereka dibangkitkan.”


[QS. Al- A’rāf ayat 14-15]

Allah pun mengabulkan permohonan Iblis.

قَالَ إِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ ١٥

Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi penangguhan waktu.”


[QS. Al- A’rāf ayat 14-15]

Setelah permohonannya dikabulkan, Iblis pun menjelaskan maksud dan tujuan dari permohonannya.

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦ ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧

Ia (Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian, pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”


[QS. Al- A’rāf ayat 16-17]

Mendatangi dari depan berarti menggoda dengan syahwat dunia. Mendatangi dari belakang berarti menggoda dengan keraguan akan akhirat. Mendatangi dari kanan berarti menggoda dengan enggan berbuat kebaikan. Mendatangi dari kiri berarti menggoda dengan menghiasi keburukan seolah terlihat baik.

Meskipun demikian, Iblis tidak mampu mendatangi mereka dari atas karena dari ataslah rahmat Allah turun dan amalan seorang hamba naik. Demikian pula dari bawah karena ia dijaga dengan sujud dan rukuk sehingga sulit baginya untuk mendatangi mereka ketika dalam keadaan sujud atau rukuk kepada Allah.

Setelah Iblis selesai dari menyampaikan janji kejahatannya, Allah pun mengusirnya kembali sebagai bentuk penegasan dari pengusiran sebelumnya.

قَالَ ٱخۡرُجۡ مِنۡهَا مَذۡءُومٗا مَّدۡحُورٗاۖ لَّمَن تَبِعَكَ مِنۡهُمۡ لَأَمۡلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنكُمۡ أَجۡمَعِينَ ١٨

Dia (Allah) berfirman, “Keluarlah kamu darinya (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sungguh, siapa pun di antara mereka yang mengikutimu pasti akan Aku isi (neraka) Jahanam dengan kamu semua.”


[QS. Al- A’rāf ayat 18]

Kisah Nabi Adam dan Istrinya Ditempatkan di Surga

Setelah kejadian pengusiran Iblis dari surga, Allah kembali kepada Nabi Adam ‘alaihis-salām. Setelah Nabi Adam diciptakan, Allah menciptakan seorang wanita yang akan dijadikan sebagai seorang istri bagi Nabi Adam yang bernama Hawa. Lalu, Allah menempatkan mereka berdua di surga dan mempersilahkan untuk menikmati semua fasilitas yang ada di dalam surga kecuali satu pohon saja.

وَيَٰٓـَٔادَمُ ٱسۡكُنۡ أَنتَ وَزَوۡجُكَ ٱلۡجَنَّةَ فَكُلَا مِنۡ حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٩

(Allah berfirman,) “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di surga (ini). Lalu, makanlah apa saja yang kamu berdua sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon yang satu ini sehingga kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”


[QS. Al- A’rāf ayat 19]

Surga yang ditinggali oleh Nabi Adam dan istrinya bukanlah surga abadi yang dijanjikan kelak di akhirat. Akan tetapi, surga yang dihuni Nabi Adam beserta istrinya adalah surga duniawi yang berisi ujian berupa larangan mendekati sebuah pohon.

Adapun nama dan jenis pohon tersebut hanya Allah yang mengetahuinya. Adapun penamaan pohon tersebut dengan “pohon khuldi” (pohon keabadian) atau “buah khuldi” adalah keliru. Bahkan, penamaan “pohon khuldi” itu dilakukan oleh Iblis untuk menipu Nabi Adam. Yang jelas pohon tersebut Allah jadikan sebagai ujian bagi Nabi Adam ‘alaihis-salām di surga tersebut. Tidak begitu penting bagi Allah untuk menyebutkan nama maupun jenisnya.

Godaan Iblis Kepada Nabi Adam dan Hawa

Iblis yang saat itu telah diusir dari surga, semakin merasa dengki dan iri melihat kenikmatan yang Allah berikan kepada Nabi Adam beserta istrinya. Maka dari itu, Iblis tidak tinggal diam. Ia memulai usahanya dengan membisikkan waswas dari kejauhan. Tujuannya adalah agar mereka berdua mau memakan buah dari pohon yang dilarang oleh Allah yang berakibat pada tersingkapnya aurat mereka.

فَوَسۡوَسَ لَهُمَا ٱلشَّيۡطَٰنُ لِيُبۡدِيَ لَهُمَا مَا وُۥرِيَ عَنۡهُمَا مِن سَوۡءَٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَىٰكُمَا رَبُّكُمَا عَنۡ هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةِ إِلَّآ أَن تَكُونَا مَلَكَيۡنِ أَوۡ تَكُونَا مِنَ ٱلۡخَٰلِدِينَ ٢٠

Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat tampak pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan) berkata, “Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).”


[QS. Al- A’rāf ayat 20]

Disebutkan bahwa aurat Nabi Adam dan juga istrinya ditutupi oleh cahaya surga yang sangat terang. Adapun yang dimaksud dengan aurat adalah sesuatu yang buruk untuk dilihat, yaitu kemaluan dan juga dubur.

Waswas yang Iblis bisikkan kepada Nabi Adam dan juga istrinya benar-benar menggiurkan. Bagaimana tidak? Iblis menjadikan kedudukan yang tinggi (menjadi malaikat) dan keabadian sebagai iming-iming yang dijanjikan jika mereka berdua mau memakan buah pohon terlarang tersebut. Inilah dua hal yang umumnya dicintai oleh manusia.

Tidak sampai di situ. Agar tipuannya semakin tak terlihat, Iblis membungkusnya dengan agama dan kebaikan. Ia bersumpah dengan nama Allah bahwa dirinya tidak berniat jahat sama sekali. Bahkan, dengan terang-terangan ia mengatakan bahwa niatnya hanyalah untuk menasihati kebaikan kepada mereka berdua.

وَقَاسَمَهُمَآ إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ ٢١

Ia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini bagi kamu berdua benar-benar termasuk para pemberi nasihat.”


[QS. Al- A’rāf ayat 21]

Nabi Adam dan Istrinya Memakan Buah Terlarang

Akhirnya, Adam dan istrinya terjerumus pada tipu daya Iblis. Mereka berdua pun mulai mencicipi buah tersebut. Ketika mereka baru saja mencicipi buah tersebut, tiba-tiba aurat mereka tersingkap. Karena merasa malu, akhirnya mereka menutupi aurat mereka dengan dedaunan yang ada di dalam surga.

فَدَلَّىٰهُمَا بِغُرُورٖۚ فَلَمَّا ذَاقَا ٱلشَّجَرَةَ بَدَتۡ لَهُمَا سَوۡءَٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخۡصِفَانِ عَلَيۡهِمَا مِن وَرَقِ ٱلۡجَنَّةِۖ

Ia (setan) menjerumuskan keduanya dengan tipu daya. Maka, ketika keduanya telah mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah pada keduanya auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (di) surga.


[QS. Al- A’rāf ayat 22]

Setelah kejadian itu, Allah memanggil dan menegur mereka berdua.

وَنَادَىٰهُمَا رَبُّهُمَآ أَلَمۡ أَنۡهَكُمَا عَن تِلۡكُمَا ٱلشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَآ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمَا عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٢

Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”


[QS. Al- A’rāf ayat 22]

Mendengar teguran itu, Nabi Adam dan Hawa mulai menyadari kesalahan mereka. Mereka menyesali perbuatannya dan ingin sekali bertobat kepada Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Namun, mereka tidak tahu harus berkata apa kepada Allah. Maka dari itu, Allah pun mengajarinya sebuah kalimat untuk bertobat kepada Allah. Akhirnya mereka pun bertobat kepada Allah dengan sebuah kalimat pengakuan akan dosa-dosa dan permohonan ampunan serta rahmat dari Allah.

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٢٣

Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”


[QS. Al- A’rāf ayat 23]

Akhirnya, Allah menerima tobat mereka karena sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. Meskipun demikian, bukan berarti mereka tidak mendapatkan konsekuensi apa pun dari perbuatannya. Maka dari itu, Allah memerintahkan mereka semua untuk turun. Kemudian, Allah tetapkan bagi mereka menjadi musuh bagi yang lainnya. Allah juga menyediakan bagi mereka tempat tinggal di bumi sampai waktu ajal mereka tiba.

قَالَ ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ وَلَكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرّٞ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٖ ٢٤

Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang telah ditentukan.”


[QS. Al- A’rāf ayat 24]

Maksud menjadi musuh bagi yang lain adalah permusuhan yang disebabkan oleh kemaksiatan kepada Allah. Artinya, setan manusia akan menjadi musuh bagi manusia. Setan jin akan menjadi musuh bagi manusia. Wali-wali Allah juga akan menjadi musuh bagi wali-wali setan.

Selain itu, Allah menetapkan bahwa di bumilah mereka hidup, di bumilah mereka mati dan di bumilah mereka dibangkitkan dari kematian pada hari kiamat.

قَالَ فِيهَا تَحۡيَوۡنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنۡهَا تُخۡرَجُونَ٢٥

Dia (Allah) berfirman, “Di sana kamu hidup, di sana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan dikeluarkan (dibangkitkan).”


[QS. Al- A’rāf ayat 25]

Referensi Bacaan

  • Qaṣaṣul-Anbiyā oleh Imam Ibnu Kaṡīr
  • Tafsīr Ibnu Kaṡīr oleh Imam Ibnu Kaṡīr
  • Tafsīr Al-Qurān Aṡ-Ṡari Al-Jāmi’ oleh Doktor Muḥammad Hilāl
  • At-Tafsīr Al-Munīr oleh Syekh Wahbah Az-Zuḥaili
  • Al-Quran Kemenag