
A. Apa Itu Agama Islam?
Sebelum kita mengenal agama Islam lebih mendalam, ada baiknya kita pahami dahulu apa arti dari kata “agama” dan “Islam” itu sendiri. Sangat disayangkan jika kita sebagai seorang muslim tidak memahaminya.
1. Apa Itu Agama?
Dalam bahasa Arab, agama adalah Ad-Dīn (الدين) yang artinya adalah ketaatan dan ketundukan. Secara istilah umum, agama adalah sesuatu yang dianut, diyakini, dan dipatuhi oleh manusia mengenai hal-hal gaib maupun hal-hal yang disaksikan. Sedangkan dalam istilah Islam, agama dipahami sebagai penyerahan diri kepada Allah dan ketundukan kepada-Nya.
Menurut KBBI, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya. Definisi ini cenderung melihat agama sebagai sistem kepercayaan.
Jika kita melihat definisi-definisi lain tentang agama, maka kita akan menemukan banyak definisi yang berbeda-beda sesuai dengan perspektifnya masing-masing. Oleh karena itu, pengertian “agama” kita kembalikan pada definisi yang dikenal oleh kebanyakan orang, yaitu “Segala sesuatu yang dianut dan diyakini oleh manusia sehingga berdasarkan apa yang dia anut itu ia beribadah, baik yang dia anut itu benar ataupun salah”. Definisi ini adalah berdasarkan firman Allah subḥānahū wa ta‘ālā :
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥
Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.
[QS. Āli ‘Imrān ayat 85]
Berdasarkan ayat di atas, segala sesuatu yang dianut dan dijadikan dasar dalam beribadah maka itu disebut dengan Dīn (agama) baik itu Islam maupun selain Islam.
2. Apa Itu Islam?
Menurut KBBI, Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam yang berpedoman pada kitab suci Al-Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Definisi ini tidak salah, namun terlalu sempit. Maka dari itu, istilah “Islam” sebaiknya didefinisikan ke dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Arab.
Dalam bahasa Arab, Islam (الإسلام) artinya adalah Al-Istislām (الإستسلام) yang berarti menyerah, Al-Inqiyād (الإنقياد) yang berarti tunduk, dan Al-Khudū’ (الخضوع) yang berarti patuh.
Adapun secara istilah syariat, Islam diartikan sebagai “Ketundukan kepada Allah dengan menyembah hanya kepada-Nya, mematuhi-Nya dengan mengerjakan perintah, serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.”
3. Apa Kesimpulannya?
Jika disimpulkan, maka agama Islam adalah agama yang meyakini dan menganut ketundukan kepada Allah dengan menyembah hanya kepada-Nya, mematuhi-Nya dengan mengerjakan perintah-Nya, dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.
B. Bagaimana Sejarah Perkembangan Agama Islam?
Sebagian orang mengira bahwa agama Islam muncul pertama kali pada abad ke-7 Masehi pada saat Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam diutus. Padahal, kenyataannya tidaklah demikian. Lantas sejak kapankah agama Islam itu muncul pertama kali? Bagaimana perkembangannya hingga diutusnya Nabi dan Rasul terakhir? Berikut penjelasannya :
1. Kapan Awal Mula Munculnya Agama Islam?
Jika kita merujuk kembali pada pengertian agama Islam maka sesungguhnya agama Islam itu sudah ada sejak zaman Nabi Adam ‘alaihi al-salām. Agama Islam bukanlah agama yang dibuat oleh manusia. Akan tetapi, agama Islam adalah agama yang datang dari Tuhan semesta alam. Allah subḥānahū wa ta‘ālā telah mengajarkan agama ini kepada manusia sejak pertama kali manusia menginjakkan kaki di muka bumi ini. Bahkan, Nabi Adam ‘alaihi al-salām sudah menyembah Allah subḥānahū wa ta‘ālā secara fitrah. Ketika Allah subḥānahū wa ta‘ālā menurunkan Nabi Adam dan yang lainnya Dia berpesan :
قُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ مِنۡهَا جَمِيعٗاۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٣٨
Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.”
[QS. Al-Baqarah ayat 38]
2. Kapan dan Bagaimana Kesyirikan Muncul Pertama Kali?
Agama Islam telah dianut oleh manusia sejak zaman Nabi Adam hingga zaman Nabi Nuh ‘alaihis-salām. Pada saat itu, mereka hanya menyembah kepada Allah semata serta tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Hingga pada akhirnya, muncullah kesyirikan pertama kali di tengah-tengah kaum Nabi Nuh. Di satu sisi mereka menyembah kepada Allah, namun di sisi lain mereka juga menyembah kepada selain-Nya.
Penyebab munculnya kesyirikan pada masa itu adalah berlebih-lebihan dalam mengagungkan orang-orang saleh. Mulanya, mereka hanya membuat patung orang-orang saleh yang mereka kagumi. Namun, seiring berjalannya waktu mereka malah menyembah patung-patung tersebut. Atas dasar itulah Nabi Nuh ‘alaihis-salām diutus oleh Allah untuk memberantas kesyirikan dan mengajak kaumnya untuk kembali menyembah hanya kepada Allah subḥānahū wa ta‘ālā semata.
3. Mengapa Allah Mengutus Para Nabi dan Rasul?
Seiring bergantinya zaman dan generasi, agama yang dianut oleh manusia semakin banyak dan beragam. Kesyirikan dan kekafiran kepada Allah semakin merajalela di mana-mana. Tentu Allah subḥānahū wa ta‘ālā tidak membiarkan mereka begitu saja. Maka dari itu, Allah mengutus para Nabi dan Rasul dari kalangan manusia untuk mengembalikan agama mereka kepada agama yang lurus. Agama yang lurus itu ialah agama yang menyembah hanya kepada Allah, tunduk dan patuh hanya kepada Allah, dan tidak menyekutukan Allah dengan suatu apa pun.
4. Berita Tentang Nabi dan Rasul Terakhir
Setiap Rasul diutus oleh Allah hanya untuk kaumnya saja. Mereka ditugaskan oleh Allah untuk menyebarkan agama Islam dan memberantas kesyirikan hanya kepada kaumnya . Jumlah Rasul yang diutus itu sangat banyak, yakni seratus dua puluh empat ribu adalah seorang Nabi dan di antara para Nabi tersebut yang menjadi Rasul sebanyak tiga ratus lima belas orang. Para Rasul yang diutus itu juga memberitakan kepada kaumnya bahwa suatu saat akan ada Rasul terakhir yang diutus bukan hanya untuk kaum tertentu, tetapi untuk seluruh manusia.
5. Siapakah Nabi dan Rasul Terakhir?
Nabi dan Rasul terakhir yang diutus oleh Allah kepada manusia untuk memberantas kesyirikan dan kekufuran adalah Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah agama yang sama dengan agama yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya, yaitu agama Islam. Inti ajaran yang dibawa oleh beliau pun sama yaitu menyembah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun.
6. Apa yang Membedakan Nabi Muhammad dengan Nabi dan Rasul Sebelumnya?
Meskipun inti dari ajaran para Nabi dan Rasul adalah sama, syariat masing-masing dari mereka berbeda-beda. Setiap syariat memiliki ketentuan yang disesuaikan dengan kondisi kaum pada saat itu. Meski berbeda, inti pelaksanaan syariat yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul itu hanyalah satu yaitu sebagai kepatuhan mereka kepada Tuhan semesta alam.
Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi yang diutus untuk seluruh umat manusia dan jin. Berbeda dengan para Nabi dan Rasul sebelumnya yang diutus hanya untuk kalangan tertentu saja. Oleh karena itu, syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bukan hanya untuk kaum tertentu saja. Akan tetapi, syariat yang dibawa oleh beliau adalah untuk seluruh manusia dan jin dan terus berlaku hingga hari kiamat.
Syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah pengganti dan penghapus syariat-syariat yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya. Syariat yang beliau bawa adalah syariat yang menyempurnakan syariat-syariat sebelumnya. Maka dari itu, seluruh umat manusia dan jin wajib mengikuti syariat yang beliau bawa.
6. Apa Kesimpulannya?
Jika kita merujuk kembali kepada pengertian Islam secara istilah maka sesungguhnya seluruh agama Nabi dan Rasul adalah Islam meskipun syariatnya berbeda-beda. Namun, pengertian Islam kini telah bergeser menjadi “Islam dengan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam”. Sehingga, jika istilah “Islam” disebut maka yang dimaksud adalah ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Berdasarkan hal ini, makna istilah Islam terbagi menjadi dua yaitu :
- Islam secara umum : yakni agama yang menyembah hanya kepada kepada Allah subḥānahū wa ta‘ālā dan ini adalah agamanya para Nabi dan Rasul. Inilah definisi Islam yang lebih luas.
- Islam secara khusus : yakni agama Islam dengan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Ini adalah definisi Islam yang lebih sempit.
C. Bagaimana Karakteristik Agama Islam?
Setiap agama pasti memiliki karakteristiknya masing-masing, tak terkecuali agama Islam. Karakteristik adalah sesuatu yang membedakan dengan yang lainnya. Oleh karena itu, semua karakteristik yang ada pada agama Islam tidak ada pada agama yang lainnya. Berikut beberapa karakteristik agama Islam :
1. Agama Yang Datang dari Allah dan Diridai oleh Allah
Agama Islam merupakan satu-satunya agama yang datang dari Allah dan diridai oleh Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Allah subḥānahū wa ta‘ālā berfirman :
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah ialah Islam.
[QS. Āli ‘Imrān ayat 19]
Adapun semua agama selain agama Islam tidak ada satupun yang diterima oleh Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Bahkan, pemeluknya akan mendapati kerugian di akhirat kelak.
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥
Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.
[QS. Āli ‘Imrān ayat 85]
2. Agama Yang Sesuai Fitrah
Agama Islam adalah agama yang masuk akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Agama Islam mengajarkan untuk menyembah hanya kepada Tuhan yang satu dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Sifat-sifat Tuhan yang diajarkan dalam agama Islam juga masuk akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Berbeda dengan sifat Tuhan dalam ajaran agama selain Islam yang tidak masuk akal dan menyalahi fitrah manusia.
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠
Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
[QS. Ar-Rūm ayat 30]
Oleh karena itu, agama Islam adalah agama yang senantiasa unggul, menang, eksis karena kecocokannya dengan fitrah manusia. Sepanjang sejarah, keunggulan selalu berpihak kepada Islam dan kaum muslimin yang menjalankan agamanya dengan benar. Hal ini dibuktikan dengan kemenangan Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam serta para pengikut dan penerusnya dalam berbagai hal. Keunggulan ini merupakan janji dari Allah subḥānahū wa ta‘ālā bagi siapa saja yang mau berpegang teguh dengan agama yang benar.
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ ٣٣
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar agar Dia mengunggulkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.
[QS. At-Taubah ayat 33]
3. Agama Yang Pertengahan
Agama Islam adalah agama yang pertengahan, proporsional, dan seimbang. Agama Islam adalah agama yang mengajarkan untuk menempatkan setiap perkara sesuai pada tempatnya. Agama Islam tidak cenderung ke kanan dan juga tidak cenderung ke kiri. Keseimbangan dan pertengahan agama Islam meliputi aspek berkeyakinan, berpikir, serta bersikap dan bertindak.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّةٗ وَسَطٗا
Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan
[QS. Al-Baqarah ayat 143]
Dalam keyakinannya, agama Islam mengajarkan untuk menyembah hanya kepada Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Dalam agama Islam, segala sesuatu selain Allah subḥānahū wa ta‘ālā hanyalah makhluk ciptaan-Nya. Mereka tidak berhak untuk disembah dan diposisikan sebagai Tuhan yang disembah. Jika seseorang menyembah kepada selain Allah subḥānahū wa ta‘ālā maka ia telah memposisikan makhluk pada perkara yang bukan seharusnya.
Dalam berpikir, agama Islam tidak mengajarkan untuk mengabaikan akal ataupun mendewakan akal. Dalam Islam, akal adalah alat yang digunakan untuk memikirkan dan mempelajari ciptaan-Nya agar semakin menambah keimanan. Akal bukanlah alat yang digunakan untuk memahami hakikat segala sesuatu karena kemampuannya sangat terbatas. Oleh karena itu, akal harus tunduk kepada titah sang Pencipta karena hanya Dia yang mengetahui hakikat segala sesuatu yang Ia ciptakan.
Dalam bersikap, agama Islam mengajarkan untuk objektif, adil, dan pertengahan. Sikap yang adil dan objektif akan menciptakan tindakan yang adil dan objektif pula. Seorang muslim dilarang menggunakan hawa nafsunya dalam bersikap dan bertindak. Seorang muslim wajib mendahulukan titah Allah dan Rasul-Nya serta akal sehat dalam bersikap dan bertindak.
4. Agama Yang Menyeluruh
Agama Islam adalah agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Agama Islam tidak hanya mengajarkan aspek-aspek yang berkaitan dengan keyakinan dan ibadah. Akan tetapi, aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia juga diajarkan di dalam agama Islam.
Karakteristiknya yang menyeluruh ini menjadikan Islam dapat membuat terjaganya lima hal yaitu :
- Terjaganya agama.
- Terjaganya jiwa.
- Terjaganya akal.
- Terjaganya harta.
- Terjaganya keturunan.
Dengan terjaganya lima hal di atas, maka terciptalah kehidupan yang ideal, penuh dengan keamanan, kedamaian, kebahagiaan, keselamatan, dan kesejahteraan.
5. Agama Yang Rahmat
Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil-‘ālamīn, yakni agama yang menjadi rahmat untuk seluruh alam. Allah subḥānahū wa ta‘ālā mensifati risalah Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan sifat rahmat :
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ ١٠٧
Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.
[QS. Al-Anbiyā' ayat 107]
Sifat rahmat yang ada pada agama Islam meliputi dua aspek yaitu :
- Rahmat Secara Umum
- Rahmat Secara Khusus
Rahmat Secara Umum
Agama Islam akan menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia jika ajarannya ditegakkan. Ajaran dalam agama Islam adalah ajaran yang membawa kemaslahatan dan kebaikan untuk seluruh umat manusia. Di belahan bumi mana pun syariat Islam ditegakkan secara kāffah maka akan tercipta keamanan, kedamaian, kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan. Jika ada suatu wilayah yang mengaku “wilayah Islam” namun tidak tercipta keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan maka bisa dipastikan ada salah satu atau beberapa ajaran Islam yang ditinggalkan oleh penduduknya di wilayah tersebut. Allah subḥānahū wa ta‘ālā telah mensyaratkan turunnya keberkahan di suatu wilayah jika penduduknya mau beriman dan bertakwa dengan mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya :
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٩٦
Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.
[QS. Al-A’rāf ayat 96]
Rahmat Agama Islam secara umum juga bermakna bahwa agama Islam itu adalah agama yang diperuntukkan siapa pun. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam tidak terbatas untuk kalangan orang-orang Arab saja. Akan tetapi, agama ini ditujukan untuk seluruh umat manusia.
Rahmat Secara Khusus
Rahmat secara khusus akan diberikan kepada siapa saja yang mau menerima agama Islam dengan hatinya. Rahmat khusus yang dimaksud adalah rahmat yang bersambung sejak di dunia hingga di akhirat. Rahmat ini tidak diberikan kepada siapa saja yang enggan dan menolak agama Islam. Oleh karena itulah Allah subḥānahū wa ta‘ālā memberikan rahmat khusus bagi mereka yang mau menerima Islam dengan beriman dan patuh kepada Allah subḥānahū wa ta‘ālā.
وَلَقَدۡ جِئۡنَٰهُم بِكِتَٰبٖ فَصَّلۡنَٰهُ عَلَىٰ عِلۡمٍ هُدٗى وَرَحۡمَةٗ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ ٥٢
Sungguh, Kami telah mendatangkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) yang telah Kami jelaskan secara terperinci atas dasar pengetahuan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
[QS. Al-A’rāf ayat 52]
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat pun bertanya : “Siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Barang siapa yang patuh kepadaku maka ia masuk surga, dan barang siapa yang membangkang padaku maka ia telah enggan.”
[HR. Bukhari no. 6851]
6. Agama Yang Fleksibel
Agama Islam adalah agama dengan ajaran yang fleksibel. Fleksibilitas ajaran Islam membuat agama Islam bisa diterapkan di mana pun tempatnya, kapan pun waktunya, dan bagaimana pun kondisinya. Selain itu, ketentuan-ketentuan hukum yang ada di dalam agama Islam adalah ketentuan yang mudah dan tidak memberatkan. Agama Islam bisa diterapkan oleh siapa pun, kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi apa pun.
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ
Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya.
[QS. Al-Baqarah ayat 286]
Selain itu, di dalam Islam terdapat ajaran berupa keringanan-keringanan yang bisa diterapkan dalam kondisi tertentu. Sebagai contoh diperbolehkannya meringkas salat dalam kondisi perjalanan jauh sesuai syarat-syarat yang ditentukan. Contoh lainnya adalah jika seseorang dalam kondisi terdesak maka adakalanya hal-hal yang dilarang menjadi diperbolehkan sesuai syarat-syarat tertentu.
فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ وَٱسۡمَعُواْ وَأَطِيعُواْ وَأَنفِقُواْ خَيۡرٗا لِّأَنفُسِكُمۡۗ
Bertakwalah kamu kepada Allah sekuat kemampuanmu! Dengarkanlah, taatlah, dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu!
[QS. At-Taghābun ayat 16]
D. Referensi Bacaan
- Syaraḥ Uṣūl Al-Īmān oleh Muḥammad bin Ṣaliḥ Al-Uṡaimīn
- At-Tauḥīd Al-Muyassar oleh Abdullāh bin Aḥmad Al-Ḥuwail
- https://dorar.net/