Tafsir Tarbawi Surat Al-Baqarah Ayat 6-7 (Sifat Orang-orang Kafir: Sulit Dinasihati)
Oleh : Adam Rizkala
Surat Al-Baqarah ayat 6-7 adalah ayat yang membahas tentang sifat orang-orang kafir serta penyebab mereka memiliki sifat tersebut. Meskipun surat Al-Baqarah ayat 6-7 fokus pada pembahasan sifat orang-orang kafir, tetapi terdapat banyak hikmah dan pelajaran tentang pengajaran dan pendidikan di dalamnya. Apa saja hikmah-hikmah tersebut? Berikut pembahasan lengkapnya :
A. Tafsir Tarbawi Al-Baqarah ayat 6
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٦
Sesungguhnya orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
[QS. Al-Baqarah 6]
1. Mengajar dan Mendidik Semaksimal Kemampuan
Melalui ayat ini, Allah mengajarkan kepada Nabi-Nya bahwa urusan keimanan orang-orang itu bukanlah urusan beliau. Seolah-olah Allah berkata : “Hai Muhammad, janganlah dirimu merasa sedih dan kecewa terhadap sikap mereka yang tidak mau beriman. Sikap mereka itu memang seperti itu. Entah engkau peringatkan ataukah tidak, mereka tetap tidak akan beriman. Oleh karena itu, teruskan saja penyampaianmu kepada mereka. Jika mereka menerima penyampaianmu maka mereka akan mendapat pahala yang berlimpah. Jika mereka berpaling maka tak perlu engkau bersedih karena itu bukan urusanmu. Tidak ada cela bagimu jika mereka tidak mau beriman.”
Ayat ini sekaligus menjadi hiburan bagi Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam yang saat itu berusaha keras memperingatkan orang-orang kafir agar beriman. Ibnu Abbas mengatakan :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَحْرِصُ أَنْ يُؤْمِنَ جَمِيعُ النَّاسِ وَيُتَابِعُوهُ عَلَى الْهُدَى، فَأَخْبَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَّهُ لَا يُؤْمِنُ إِلَاّ مَن سَبَقَ لَهُ مِنَ اللَّهِ السعادةُ فِي الذِّكْرِ الْأَوَّلِ، وَلَا يَضِلُّ إِلَاّ مَن سَبَقَ لَهُ مِنَ الله الشقاءُ في الذكر الأول.
Dahulu, Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam sangat ingin sekali semua orang itu beriman dan mengikuti petunjuknya. Lalu, Allah subḥānahū wa ta‘ālā mengabarkan kepadanya bahwa yang beriman hanyalah yang pada awalnya memang ditakdirkan oleh Allah ta‘ālā sebagai orang yang berbahagia. Sedangkan yang tersesat adalah yang pada awalnya memang ditakdirkan oleh Allah ta‘ālā sebagai orang yang celaka. [Tafsir Ibnu Kaṡīr : 1/267]
Pesan untuk Para Guru :
Sekelas Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam saja tidak bisa membuat semua orang beriman dan menerima ajarannya, apalagi kita yang bukan siapa-siapa. Padahal beliau adalah pendidik, pengajar, dan pendakwah terbaik sepanjang masa. Beliau sudah melakukan berbagai pendekatan dan metode untuk memperingatkan kaumnya. Namun, tetap saja mereka berada di atas kekafiran dan tidak ada perubahan.
Jika ada di antara murid-murid kita yang tidak menjadi lebih baik dengan pengajaran kita maka ada dua kemungkinan. Bisa jadi pengajaran kita yang tidak bagus atau bisa jadi memang murid-murid kita yang tidak siap menerima pengajaran kita. Oleh karena itu, tugas kita sebagai seorang guru adalah mengajar semaksimal mungkin. Setelah itu, lakukan evaluasi secara berkala bila ada yang kurang dari pengajaran kita. Jika itu semua sudah dilakukan maka hasilnya serahkan kepada Allah subḥānahū wa ta‘ālā.
2. Memperingatkan Bahayanya Memiliki Sifat Seperti Orang-orang Kafir
Salah satu sifat orang-orang kafir yang Allah tunjukkan pada ayat ini adalah sifat sombong dan keras kepala. Sombong adalah sifat di mana seseorang merasa bahwa mereka selalu benar dan lebih unggul dari pada orang lain. Ketika sifat ini sudah ada pada diri seseorang maka ia akan enggan menerima kebenaran meskipun sudah ditunjukkan bukti yang nyata bahkan dengan cara yang lembut sekalipun.
Dalam ayat ini, sesungguhnya Allah tidak hanya ingin menghibur Nabi-Nya yang pada saat itu sangat ingin sekali membuat semuanya beriman. Akan tetapi, ayat ini juga merupakan peringatan kepada para hamba-Nya agar tidak memiliki sifat seperti orang-orang kafir yang sombong dan keras kepala sehingga tidak ada perubahan menjadi lebih baik meskipun sudah diperingatkan berkali-kali.
Pesan untuk Para Guru :
Salah satu tugas kita sebagai seorang guru adalah mendidik para murid kita agar tidak tumbuh menjadi pribadi yang sombong dan keras kepala. Sesungguhnya sifat sombong dan keras kepala itu berdampak buruk pada kehidupan dunia dan akhirat seseorang. Oleh karena itu, ajarkanlah kerendahan hati terutama ketika menerima nasihat. Ajarkan juga berpikir terbuka namun kritis serta haus akan ilmu pengetahuan dan kebenaran.
B. Tafsir Tarbawi Al-Baqarah ayat 7
خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡۖ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَٰرِهِمۡ غِشَٰوَةٞۖ
Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka. Pada penglihatan mereka ada penutup,
[QS. Al-Baqarah ayat 7]
1. Membuka Hati, Pendengaran, dan Penglihatan
Setelah Allah menyebutkan sifat orang-orang kafir, pada ayat ini Allah menyebutkan penyebab mereka memiliki sifat tersebut. Allah mengabarkan bahwa penyebab orang-orang kafir tidak mau menerima hidayah keimanan adalah karena memang Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka serta menjadikan penghalang pada mata mereka dari cahaya hidayah.
Jika hati sudah terkunci maka hidayah tidak dapat masuk ke dalamnya dan kekafiran juga tidak dapat keluar darinya. Ibarat sebuah wadah, jika ia terkunci maka yang ada di luarnya tidak dapat masuk dan yang ada di dalamnya tidak dapat keluar.
Demikian pula pendengaran. Jika pendengar telah terkunci maka ayat-ayat Allah pun tidak bisa masuk ke dalamnya sehingga tidak bisa diteruskan ke dalam hati. Kalaupun mereka mendengarnya, ayat-ayat tersebut juga tidak bisa masuk ke dalam hati karena telah tertutup dan terkunci.
Adapun pengertian terdapat penutup pada penglihatan adalah terdapat penghalang yang menghalangi cahaya hidayah untuk sampai kepada mereka. Dengan demikian, mereka tidak dapat melihat ayat-ayat Allah dengan mata hatinya. Padahal, ayat-ayat Allah jelas tampak di depan mata mereka. Namun, mereka tetap saja tidak bisa melihatnya.
Pesan untuk Para Guru :
Salah satu tugas kita sebagai seorang guru adalah senantiasa memastikan hati dan pikiran murid-murid kita fokus untuk mendengar dan mengamati pelajaran dengan baik. Jika hati, pendengaran, dan penglihatan mereka telah tertutup dan terkunci atau tidak fokus selama pelajaran maka mereka tidak akan bisa menerima pelajaran, apalagi hidayah. Maka dari itu, mereka harus membuka dan mengaktifkan ketiga komponen tersebut agar mereka dapat menerima pelajaran dengan maksimal.
- Hati yang dapat menerima pelajaran adalah hati yang terbuka (rendah hati) dan fokus (khusyuk) terhadap apa yang sedang dipelajari. Hati yang tertutup dengan kesombongan atau tidak fokus dapat menghalangi pelajaran untuk masuk ke dalamnya.
- Pendengaran yang dapat menerima pelajaran adalah pendengaran yang fokus mendengar pelajaran dengan seksama, bukan hanya sekedar menerima frekuensi suara. Betapa banyak telinga yang mendengar namun ternyata pelajaran itu tidak masuk ke dalam hati dan pikirannya.
- Penglihatan yang dapat menerima pelajaran adalah penglihatan yang fokus mengamati pelajaran dengan mata hatinya, bukan hanya sekedar mata yang menerima cahaya. Betapa banyak mata yang melihat namun ternyata pelajaran itu tidak masuk ke dalam mata hati dan pikirannya.
Dengan begitu, kita berharap semoga pelajaran-pelajaran dan hidayah-hidayah yang kita sampaikan masuk ke dalam hati mereka.
2. Memperingatkan Konsekuensi Kekafiran
Setelah Allah menjelaskan penyebab orang-orang kafir memiliki sifat tersebut, Allah mengancam mereka dengan azab yang berat (وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ٧). Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Allah mengunci mati hati dan pendengaran orang-orang kafir sehingga mereka tidak mau menerima hidayah. Lalu, Allah mengancam mereka dengan azab yang berat karena tidak mau menerima hidayah. Seolah-olah Allah sengaja mengunci mati hatinya secara paksa agar mereka tidak mendapat hidayah lalu Allah mengazabnya.
Padahal, tidaklah Allah mengunci mati hati dan pendengaran mereka melainkan karena ulah mereka sendiri. Merekalah yang memilih untuk terus-menerus tenggelam dalam kebatilan dan menolak kebenaran. Oleh sebab itu, Allah mengunci mati hati dan pendengaran mereka setelah mereka menutupnya sendiri dari hidayah. Hal ini Allah lakukan kepada mereka sebagai balasan yang setimpal atas perbuatan mereka sendiri. Imam Ibnu Kaṡir mengatakan :
أنه تعالى إنما ختم على قلوبهم، وحال بينهم وبين الهدى جزاءً وفاقًا على تماديهم في الباطل، وتركهم الحق؛ وهذا عدل منه تعالى حسن، وليس بقبيح
Sesungguhnya Allah ta‘ālā mengunci mati hati mereka dan menghalangi mereka dari hidayah adalah sebagai balasan yang setimpal atas perbuatan mereka yang terus-menerus tenggelam dalam kebatilan dan meninggalkan kebenaran. Ini adalah keadilan dari Allah yang merupakan sifat yang baik, bukan buruk. [Tafsīr Ibnu Kaṡīr : 1/270]
Dengan begitu, mereka pantas mendapatkan azab yang berat sebagai konsekuensi dari kekafiran mereka yang disebabkan tertutupnya hati karena terus-menerus tenggelam dalam dosa dan kebatilan serta menolak kebenaran.
Pesan untuk Para Guru :
Sebagai seorang guru, tugas kita bukan hanya menyampaikan materi kepada para murid kita. Akan tetapi, kita perlu memberikan pemahaman kepada mereka bahwa setiap pilihan yang mereka ambil pasti akan ada konsekuensinya. Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa konsekuensi dari memilih kekafiran adalah azab yang berat di akhirat kelak. Maka dari itu, peringatan akan azab yang berat adalah hal yang perlu kita sampaikan agar mereka waspada dalam mengambil pilihan.
Referensi Bacaan
- Tafsīr Ibnu Kaṡīr oleh Imam Ibnu Kaṡir
- Tafsīr Al-Qurān Aṡ-Ṡari Al-Jāmi’ oleh Doktor Muḥammad Hilāl
- At-Tafsīr Al-Munīr oleh Syekh Wahbah Az-Zuḥaili
- Al-Quran dan Terjemahannya oleh Kemenag
- Ad-Durar As-Saniyyah